Tugas Morfologi II Penggolongan kata menurut Ramlan
PENGGOLONGAN KATA II (M. RAMLAN)
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Morfologi II
Oleh
Kelompok 4
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR
2014
NamaAnggota
·
Penny Rahmawati NPM : 8820112028
·
MaulaniNurul NPM : 8820112021
·
Rahayu NPM : 8820112031
·
LenggiIrawan NPM :88201120
·
Linda NPM :8820112019
·
Ranti NPM :8820112032
·
Juliana NPM :8820112014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul“ Penggolongan Kata II (M. Ramlan) , Sandang,
Tanya, Suruh, Penghubung, Depan, Seruan ” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini berisi tentang apa
pengertian dari setiap penggolongan kata II menurut M. Ramlan hingga contoh-
contohnya.
Mempelajari penggolongan
kata dalam mata kuliah sintaksis tentunya sangat diperlukan untuk memudahkan pemahaman
kita agar dalam proses belajar pembelajaran kita mampu memahaminya . Oleh sebab
itu, penulis berusaha menyempurnakan makalah ini sebaikmungkin. Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber belajar.
Cianjur, 06 Maret 2014
Penulis,
DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar.................................................................................................................... 1
Daftar
Isi............................................................................................................................. 2
Bab
I Pendahuluan
A. Latarbelakang.......................................................................................................... 3
B. Rumusanmasalah..................................................................................................... 4
C. Tujuan...................................................................................................................... 4
Bab
II Pembahasan
A. Penggolongan
kata olehRamlan.............................................................................. 5
B. Penggolongan
kata II ............................................................................................. 6
(Kata
Sandang)
C. Penggolongan
kata II ............................................................................................. 6
(Kata
Tanya)
D. Penggolongan
kata II.............................................................................................. 9
(Kata
Suruh)
E. Penggolongan
kata II.............................................................................................. 10
(Kata
Penghubung)
F. Penggolongan
kata II.............................................................................................. 12
(Kata
Depan)
G. Penggolongan
kata II.............................................................................................. 12
(kataSeruan)
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 13
B. Saran........................................................................................................................ 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbicara
mengenai penggolongan kata sangatlah penting dalam mempelajari struktur bahasa,
disamping memudahkan pemerian stuktur bahasa penggolongan kata juga merupakan
tahapan yang tidak boleh dilewatkan dalam penyusunan tata bahasa dalam suatu
bahasa . Tanpa adanya penggolongan kata, struktur frase, klausa, dan kalimat
tidak mungkin dapat dijelaskan . Oleh karna itu pembahasan mengenai
penggolongan kata sangatlah dapat membantu dalam pengajaran bahasa Indonesia
juga menjadi hal yang penting untuk memperluas tata bahasa . Pada makalah ini
penulis akan membahasa secara singkat, jelas, mengenai beberapa penggolongan
kata II menurut M. Ramlan . Ramlan (1985:48-77) menyatakan bahwa penggolongan kata yang
dibuatnya didasarkan hasil penelitian yang dilakukannya pada tahun 1982 sampai
dengan tahun 1983. Berdasarkan struktur sintaktik, kata bahasa Indonesia dapat
dibedakan menjadi dua belas yaitu: (1) kata verbal; (2) kata nominal; (3) kata
keterangan; (4) kata tamha; (5) kata bilangan; (6) kata penyukat; (7) kata sandang;
(8) kata tanya; (9) kata suruh; (10) kata penghubung; (11) kata depan; dan (12)
kata seruan . Pada makalah ini cukup membahas mengenai kata sandang; kata
tanya; kata suruh; kata penghubung; kata depan; dan kata seruan .
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan kata sandang?
2. Apa
fungsi kata tanya?
3. Sebutkan
jenis-jenis kata Tanya!
4. Apa
itu kata suruh?
5. Jelaskan
penggolongan kata penghubung!
6. Apa
yang dimaksud kata depan?
7. Apa
yang dimaksud dengan kata seruan?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan memahami kata sandang
2. Untuk
mengetahui fungsi kata Tanya
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis kata Tanya
4. Untuk
memahami kata suruh
5. Untuk
mengetahui kata depan
6. Untuk
mengetahui dan memahami kata seruan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Penggolongan kata oleh Ramlan
Bahasa dari dua lapisan : form (bentuk) dan meaning (arti). Lapisan
itu terdiri dari dua tataran yaitu tataran bunyi bahasa dan tataran morfem,
kata, frase, klausa, kalimat, serta wacana, termasuk bidang tatabahasa atau
gramatika. Sedangkan tataran arti termasuk bidang semantic. Dasar penggolongan
kata yang digunakan disini adalah yang berupa struktur gramatik. Dari
penelitian yang dilakukan dalam tahun 1982 dan 1983, berdasarkan struktur
sintaktik, diperoleh 12 penggolongan kata, yaitu :
1. Kata Verbal
2.
Kata Nominal
3.
3.Kata Keterangan
4.
Kata Tambahan
5.
Kata Bilangan
6. Kata Penyukat
7.
Kata Sandang
8.
Kata Tanya
9.
Kata Suruh
10. Kata Penghubung
11.
Kata Depan
12.
Kata Seruan
7.
Penggolongan
kata II (Kata Sandang)
Kata sandang .
Istilah kata sandang digunakan untuk menyebut sejumlah kata
yang jumlahnya terbatas, yang selalu terletak di muka kata golongan nominal
sebagai atributnya, yakni kata-kata si, sang, suatu, semua, segala, segenap,
dan seluruh. Misalnya :
1. Si Ahmad
2. Sang Kancil
3. semua orang
4. segala masalah
5. segenap penduduk
6. seluruh rakyat
8.
Penggolongan
kata II (Kata Tanya)
Kata tanya .
Kata yang berfungsi membentuk kalimat tanya itu di sini
disebut kata tanya, ialah kata-kata mengapa,
kenapa, bagaimana, berapa, apa, siapa,
mana, bilamana, kapan, bila, dan bukan.
·
Kata mengapa
dipakai untuk menayakan perbuatan.
Misalnya :
anak-anak itu sedang mengapa
?
kata
tanya mengapa juga digunakan untuk
menanyakan sebab. Misalnya :
Mengapa kepala kantor itu marah ?
Mengapa anak itu kemarin berjalan kaki saja
?
Untuk menanyakan sebab, kata mengapa sejajar penggunaannya dengan kata tanya kenapa. Misalnya :
Kenapa kepala kantor itu marah ?
Kenapa anak itu kemarin berjalan kaki saja
?
·
Kata Tanya bagaimana digunakan
untuk menanyakan keadaan. Misalnya:
Bagaimana nasib anak itu ?
Studi anak saya bagaimana ?
Kata tanya bagaimana digunakan juga untuk menanyakan cara, ialah cara suatu tindakan dilakukan atau cara suatu
peristiwa terjadi. Misalnya :
Bagaimana pencuri dapat memanjat dinding
setinggi itu ?
Bagaimana orang itu menjadi kaya ?
Bagaimana utusan itu dapat sampai di sini
sepagi ini ?
·
Kata tanya berapa
dipakai untuk menanyakan jumlah.
Misalnya :
Ayam peternak itu berapa
?
Berapa harga buku itu ?
Kata tanya berapa
dipakai juga untuk menanyakan bilangan.
Misalnya :
Nomor berapa
teleponmu ?
Sekarang jam berapa
?
·
Kata tanya apa
dapat membedakan menjadi dua macam, yaitu
1) kata tanya apa yang digunakan untuk membentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban iya atau tidak, belum
atau sudah. Misalnya :
Apa Ahmad pergi ?
Apa anak-anak sudah bangun ?
2) Kata tanya apa yang digunakan untuk membentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban menjelaskan. Kata
tanya apa digunakan untuk menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan, dan hewan.
Misalnya :
Petani itu membaca apa
?
Arsitek itu sedang merencanakan apa ?
Kata tanya apa juga digunakan untuk menanyakan identitas. Misalnya :
Ia menyaksikan pertandingan apa ?
Kata tanya apa digunakan untuk menanyakan perbuatan
sejajar dengan pemakaian kata mengapa, apabila kata tambah penunjuk aspek.
Misalnya :
Anak-anak itu sedang
apa ?
Mau apa dia ?
·
Kata tanya siapa
dipakai untuk menanyakan Tuhan, Malaikat, dan Manusia. Misalnya :
Siapa nama anak itu ?
Siapa yang patut disembah ?
Siapa yang mencabut nyawa manusia ?
·
Kata tanya mana
dipakai untuk menanyakan tempat. Dimana menanyakan tempat berada, darimana menanyakan tempat asal atau
tempat yang ditinggalkan, dan kemana
menanyakan tempat yang dituju. Misalnya :
Pengusaha bertempat tinggal di mana ?
Dari mana pelajar itu mendapat buku baru ?
Nenek pergi kemana
?
Selain digunakan untuk menanyakan
tempat, kata tanya mana juga
digunakan untuk menanyakan sesuatu atau
seseorang dari suatu kelompok. Pada umumnya kata tanya mana didahului oleh
kata yang, menjadi yang mana. Misalnya :
Sepedamu yang mana ?
Buku yang mana yang kau inginkan ?
Kata mana juga digunakan untuk menanyakan
sesuatu atau seseorang yang pernah dibicarakan sebelumnya. Misalnya A dan B
adalah mahasiswa Fakultas Sastra UGM. Pada suatu hari A bertemu dengan B, dan
terjadi percakapan :
A : kemarin saya mendapat kiriman buku baru dari temanku di
Jakarta.
B : bolehkah saya meminjam sebentar
?
A :boleh saja, tetapi tidak saya bawa. Besok pagi saya
bawakan.
Keesokan harinya A dan B bertemu
lagi di Fakultas. Dengan serta merta B bertanya : mana bukunya ?
Kata tanya bagaimana, bila, dan
kapan dipakai untuk menanyakan waktu. Misalnya :
Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya ?
Bila Bapak Guru akan pulang ?
Sejak kapan kapal terbal itu mengalami kerusakan ?
Kata tanya ini digunakan untuk
membentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban yang mengiyakan atau menidakan
; kata tanya bukan selalu terletak diakhir kalimat, kata tanya bukankah
terletak diawal kalimat. Misalnya :
Anak-anak itu sudah bangun, bukan
?
Bukankah anak-anak itu sudah bangun?
9.
Penggolongan
kata II (Kata Suruh)
Kata suruh, ialah kalimat yang mengharapkan tanggapan yang
berupa tindakan dari lawan bicara. Kalimat suruh dapat digolongkan menjadi 4
golongan yaitu 1. Kalimat suruh yang sebenarnya, 2. Kalimat persilahan, 3.
Kalimat ajakan, dan 4. Kalimat larangan (Ramlan 1983: 37-41)
Kata-kata suruh dapat berupa
kata-kata tolong, silahkan, dipersilahkan, mari, ayo, dan jangan. Kata tolong
digunakan untuk memperhalus suruhan yang dinyatakan dalam kalimat suruh yang
dipredikatnya terdiri dari kata verbal yang benefaktif, ialah kata verbal yang
menyatakan perbuatan yang ditujukan bukan untuk kepentingan pelakunya; kata silahkan
dan dipersilahkan dipakai untuk membentuk kata persilahan; kata mari
dan ayo dipakai untuk kalimat ajakan, dan kata jangan dipakai
untuk membentuk kalimat larangan. Contoh :
· Tolong ambilkan minum saya!
· Silahkan beristirahat!
· Dipersilahkan tuan mengambil
sendiri!
· Mari kita berangkat sekarang!
· Ayo kita bermain sepak bola!
· Jangan suka menyakiti orang!
10.
Penggolongan
kata II (Kata Penghubung)
Kata penghubung adalah kata atau kata-kata yang berfungsi
menghubungkan satuan-satusan gramatik menjadi satuan gramatik yang lebih besar.
Berdasarkan hubungan gramatik antar unsur yang dihubungkan, penghubung dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu penghubung yang setara dan penghubung
yang tidak setara (Ramlan, 1981: 19)
Penghubung setara ialah penghubung
yang menghubungkan satuan gramatik yang memiliki fungsi sama, baik berupa unsur
inti semua, maupun berupa unsur bukan inti semua. Contoh : pesawat jet dari
luar negri itu mendarat satu demi satu dan berhenti berjajar di depan
panggung kehormatan.
Penghubung lain yang termasuk
golongan penghubung setara ialah akan tetapi, atau, apalagi, bahkan,
baik…maupun, baik…ataupun, dan, dan lagi, hanya, kemudian, lagi, lagi pula,
lalu, lantas, malah, malahan, melainkan, namun, namun demikian, namun begitu,
pedahal, sebaliknya, sedang, sedangkan, serta, tambahan, tambahan pula, tapi,
tetapi.
Penghubung yang tidak setara ialah
penghubung yang menghubungkan satuan gramatik yang tidak setara, makasudnya
yang tidak sam dengan fungsinya. Misalnya: Ketika dia tersenyum nampak
gigi-giginya yang putih dan sehat.
Yang termasuk penghubung yang tidak
setara ialah : agar, agar supaya, akibat, andaikan, andaikata, apabila, apabila
demikian, apabikla begitu, asal, asalkan, bagai, bahwa, begitu, berhubung,
berhubung dengan itu, berkat, biar, biarpun, bila, bilamana, buat, dalam, dalam
pada itu, daripada, demi, dengan, dengan demikian, dengan cara demikian,
dengan begitu, dengan cara begitu, dengan cara itu, disamping, disamping itu,
guna, hingga, jika, jika begitu, jika demikian, jikala, kalau, kalau-kalau,
karena, karena itu, kecuali, kendati, kendatipunh, ketika, ketika itu,
lantaran, manakala, meski, meskipun demikian, meskipun begitu, oleh Karena itu,
sambil, sampai, sampai-sampai, seakan, seakan-akan, seandainya, sebab, sebab
itu, sebagaimana, sebelum itu, sebelumnya, sedang, sedari, sehabis, sehabis
itu, sehingga, sejak, sejak itu, sekiranya, selagi, selain, selain itu, selain
dari pada itu, selama, semasa, sembari, semenjak, semenjak itu, sementara,
sementara itu, seolah, seolah-olah, seperti, serasa-rasa, seraya, serta,
sesudah itu, setelah itu, setiap, setiap kali, seumpama, sesuai, sewaktu,
sungguhpun, sungguhpun demikian, sungguhpun begitu, supaya, tanpa, tat kala, tempat,
tengah, tiap kali, untuk, yang, waktu, waktu itu, walau, walaupun, walaupun
begitu, walaupun demikian.
Ada dua penghubung yang mungkin
termasuk penghubng setara dan mungkin pula termasuk penghubung tidak setara,
ialah kata sedang dan kata serta. Dalam kalimat
· Di rumah dia tak kerasan, sedang
di kampus teman-teman yang dikenalnya jarang muncul
· Dia membentak serta
membanting-banting kakinya ke lantai.
Kata sedang dan serta merupakan
penghubung yang setara karena berfungsi menghubungkan klausa yang mempunyai
fungsi yang sama, ialah sebagai klausa inti semua, sedangkan dalam kalimat :
·
Sedang ia asyik membaca buku, berderinglah telepon disampingnya.
·
Serta pelayan pergi kebagian lain, kami berjalan mengelilingi
dasaran yang dipertontonkan.
kata sedang dan serta merupakan
penghubung yang tidak setara karena berfungsi menghubungkan klausa yang tidak
setara, maksudnya klausa yang tidak memiliki fungsi yang sama.
Secara semantik penghubung mempunyai
fungsi menyatakan suatu pertalian antara unsur-unsur yang dihubungkan. Misalnya
penghubung lalu pada kalimat: Ia mengunci sepedanya, lalu masuk
ke sebuah took
Yang menghubungkan klausa ia
mengunci sepedanya dengan klausa masuk ke sebuah toko menyatakan
pertalian ’perturutan’, ialah pertalian yang menyatakan bahwa peristiwa,
keadaan, atau perbuatan, berturut-turut terjadi atau dilakukan.
Ditinjau dan pertaliannya, kata
penghubung dapat dibedakan menjadi tujuh belas pertalian, yaitu: (1) pertalian
penjumlahan, (2) pertalian perturutan, (3) pertalian pemilihan, (4) pertalian
perlawanan, (5) pertalian lebih, (6) pertalian waktu, (7) pertalian
perbandingan, (8) pertalian sebab, (9) pertalian akibat, (10) pertalian syarat,
(11) pertalian pengandaian, (12) pertalian harapan, (13) pertalian penerang,
(14) pertalian isi, (15) pertalian cara, (16) pertalian pengecualian, dan (17)
pertalian kegunaan .
11.
Penggolongan
kata II (Kata Depan)
Kata Depan .
Kata depan ialah kata-kata yang pada frase eksosentris
berfungsi sebagai penanda, misalnya kata-kata: di, pada, ke, kepada, dari,
daripada, terhadap, bagi, dalam, akan, akibat, antar, antara, atas, dan
sebagainya.
12.
Penggolongan
kata II (Kata Seruaan)
Kata Seruan .
Kata seru ialah kata-kata yang dalam suatu kalimat berdiri
sendiri, terpisah dan unsur lainnya , misalnya: wah, ai, aduh, dik, bi, dan
sebagainya.
Tata bahasa ini berusaha untuk memahami bahasa dengan
memanfaatkan teori dan metode linguistik. Linguis sudah mulai menggunakan
kriteria yang jelas dalam penelaahan bahasa. Linguis yang digolongkan ke dalam
kategori ini adalah Slametmuljana (1957), Anton M. Moeliono (1967), S.
Wojowasito (1978). M. Ramlan (1985), dan Samsuri (1985) .
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ramlan (1985:48-77) menyatakan bahwa penggolongan kata yang
dibuatnya didasarkan hasil penelitian yang dilakukannya pada tahun 1982 sampai
dengan tahun 1983. Berdasarkan struktur sintaktik, kata bahasa Indonesia dapat
dibedakan menjadi dua belas yaitu: (1) kata verbal; (2) kata nominal; (3) kata
keterangan; (4) kata tamha; (5) kata bilangan; (6) kata penyukat; (7) kata
sandang; (8) kata tanya; (9) kata suruh; (10) kata penghubung; (11) kata depan;
dan (12) kata seruan.
Yang termasuk kata sandang yaitu : si, sang, suatu, semua,
segala, segenap, dan seluruh. Sedangkan kata Tanya terdapat mengapa, kenapa, bagaimana, berapa, apa, siapa, mana, bilamana, kapan, bila, dan bukan. Kata suruh dapat berupa tolong, silahkan, dipersilahkan,
mari, ayo, dan jangan. Kata penghubung dibagi menjadi 4 macam, yaitu kata
penghubung setara, dan kata penghubung yang tidak setara. Kata depan ialah
kata-kata yang pada frase eksosentris berfungsi sebagai penanda, misalnya
kata-kata: di, pada, ke, kepada, dari, daripada, terhadap, bagi, dalam, akan,
akibat, antar, antara, atas, dan sebagainya. Kata seruan adalah kata yang dalam
suatu kalimat berdiri sendiri. Yang termasuk kata seruan ialah wah, ai, aduh,
dik, bi.
B. Saran
Sebagai mahasiswa bahasa, kita harus dapat lebih
memahami penggolongan kata. Maka dari itu, kami membuat makalah ini agar dapat
membantu kita dalam pembelajaran morfologi 2.
DAFTAR PUSTAKA
Ramlan, M. 1990. Penggolongan Kata M Ramlan. Yogyakarta ;
Komentar
Posting Komentar