PENGGOLONGAN KATA MENURUT RAMLAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul“ Penggolongan Kata II (M. Ramlan) , Sandang,
Tanya, Suruh, Penghubung, Depan, Seruan ” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini berisi tentang apa
pengertian dari setiap penggolongan kata II menurut M. Ramlan hingga contoh-
contohnya.
Mempelajari penggolongan
kata dalam mata kuliah sintaksis tentunya sangat diperlukan untuk memudahkan pemahaman
kita agar dalam proses belajar pembelajaran kita mampu memahaminya . Oleh sebab
itu, penulis berusaha menyempurnakan makalah ini sebaikmungkin. Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumber belajar.
Cianjur,
06 Maret 2014
Penulis,
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................... 1
Daftar Isi.............................................................................................................................. 2
Bab I Pendahuluan
A. Latarbelakang.......................................................................................................... 3
B. Rumusanmasalah..................................................................................................... 4
C. Tujuan...................................................................................................................... 4
Bab II Pembahasan
A. Penggolongan
kata olehRamlan.............................................................................. 5
B. Penggolongan
kata II .............................................................................................. 6
(Kata
Sandang)
C. Penggolongan
kata II .............................................................................................. 6
(Kata
Tanya)
D. Penggolongan
kata II.............................................................................................. 9
(Kata
Suruh)
E. Penggolongan
kata II.............................................................................................. 10
(Kata
Penghubung)
F. Penggolongan
kata II.............................................................................................. 12
(Kata
Depan)
G. Penggolongan
kata II.............................................................................................. 12
(kataSeruan)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 13
B. Saran........................................................................................................................ 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai
penggolongan kata sangatlah penting dalam mempelajari struktur bahasa,
disamping memudahkan pemerian stuktur bahasa penggolongan kata juga merupakan
tahapan yang tidak boleh dilewatkan dalam penyusunan tata bahasa dalam suatu
bahasa . Tanpa adanya penggolongan kata, struktur frase, klausa, dan kalimat
tidak mungkin dapat dijelaskan . Oleh karna itu pembahasan mengenai
penggolongan kata sangatlah dapat membantu dalam pengajaran bahasa Indonesia
juga menjadi hal yang penting untuk memperluas tata bahasa . Pada makalah ini
penulis akan membahasa secara singkat, jelas, mengenai beberapa penggolongan
kata II menurut M. Ramlan . Ramlan
(1985:48-77) menyatakan bahwa penggolongan kata yang dibuatnya didasarkan hasil
penelitian yang dilakukannya pada tahun 1982 sampai dengan tahun 1983.
Berdasarkan struktur sintaktik, kata bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi
dua belas yaitu: (1) kata verbal; (2) kata nominal; (3) kata keterangan; (4)
kata tamha; (5) kata bilangan; (6) kata penyukat; (7) kata sandang; (8) kata
tanya; (9) kata suruh; (10) kata penghubung; (11) kata depan; dan (12) kata
seruan . Pada makalah ini cukup membahas mengenai kata sandang; kata tanya;
kata suruh; kata penghubung; kata depan; dan kata seruan .
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan kata sandang?
2. Apa
fungsi kata tanya?
3. Sebutkan
jenis-jenis kata Tanya!
4. Apa
itu kata suruh?
5. Jelaskan
penggolongan kata penghubung!
6. Apa
yang dimaksud kata depan?
7. Apa
yang dimaksud dengan kata seruan?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan memahami kata sandang
2. Untuk
mengetahui fungsi kata Tanya
3. Untuk
mengetahui jenis-jenis kata Tanya
4. Untuk
memahami kata suruh
5. Untuk
mengetahui kata depan
6. Untuk
mengetahui dan memahami kata seruan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Penggolongan kata oleh Ramlan
Bahasa dari dua lapisan : form (bentuk) dan meaning (arti). Lapisan
itu terdiri dari dua tataran yaitu tataran bunyi bahasa dan tataran morfem,
kata, frase, klausa, kalimat, serta wacana, termasuk bidang tatabahasa atau
gramatika. Sedangkan tataran arti termasuk bidang semantic. Dasar penggolongan
kata yang digunakan disini adalah yang berupa struktur gramatik. Dari
penelitian yang dilakukan dalam tahun 1982 dan 1983, berdasarkan struktur
sintaktik, diperoleh 12 penggolongan kata, yaitu :
1.
Kata
Verbal
2.
Kata
Nominal
3.
3.Kata
Keterangan
4.
Kata
Tambahan
5.
Kata
Bilangan
6.
Kata
Penyukat
7.
Kata
Sandang
8.
Kata
Tanya
9.
Kata
Suruh
10.
Kata
Penghubung
11.
Kata
Depan
12.
Kata
Seruan
7.
Penggolongan
kata II (Kata Sandang)
Kata sandang .
Istilah kata sandang digunakan untuk menyebut sejumlah kata
yang jumlahnya terbatas, yang selalu terletak di muka kata golongan nominal
sebagai atributnya, yakni kata-kata si, sang, suatu, semua, segala, segenap,
dan seluruh. Misalnya :
1. Si Ahmad
2. Sang Kancil
3. semua orang
4. segala masalah
5. segenap penduduk
6. seluruh rakyat
8.
Penggolongan
kata II (Kata Tanya)
Kata tanya .
Kata yang berfungsi membentuk kalimat tanya itu di sini
disebut kata tanya, ialah kata-kata mengapa,
kenapa, bagaimana, berapa, apa, siapa,
mana, bilamana, kapan, bila, dan bukan.
·
Kata
mengapa dipakai untuk menayakan perbuatan. Misalnya :
anak-anak itu sedang mengapa
?
kata
tanya mengapa juga digunakan untuk
menanyakan sebab. Misalnya :
Mengapa kepala kantor itu marah ?
Mengapa anak itu kemarin berjalan kaki saja
?
Untuk menanyakan sebab, kata mengapa sejajar penggunaannya dengan kata tanya kenapa. Misalnya :
Kenapa kepala kantor itu marah ?
Kenapa anak itu kemarin berjalan kaki saja
?
·
Kata
Tanya bagaimana digunakan untuk menanyakan
keadaan. Misalnya:
Bagaimana nasib anak itu ?
Studi anak saya bagaimana ?
Kata tanya bagaimana digunakan juga untuk menanyakan cara, ialah cara suatu tindakan dilakukan atau cara suatu
peristiwa terjadi. Misalnya :
Bagaimana pencuri dapat memanjat dinding
setinggi itu ?
Bagaimana orang itu menjadi kaya ?
Bagaimana utusan itu dapat sampai di sini
sepagi ini ?
·
Kata
tanya berapa dipakai untuk
menanyakan jumlah. Misalnya :
Ayam peternak itu berapa
?
Berapa harga buku itu ?
Kata tanya berapa
dipakai juga untuk menanyakan bilangan.
Misalnya :
Nomor berapa
teleponmu ?
Sekarang jam berapa
?
·
Kata
tanya apa dapat membedakan menjadi
dua macam, yaitu
1) kata tanya apa yang digunakan untuk membentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban iya atau tidak, belum
atau sudah. Misalnya :
Apa Ahmad pergi ?
Apa anak-anak sudah bangun ?
2) Kata tanya apa yang digunakan untuk membentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban menjelaskan. Kata
tanya apa digunakan untuk menanyakan benda, tumbuh-tumbuhan, dan hewan.
Misalnya :
Petani
itu membaca apa
?
Arsitek itu sedang merencanakan apa ?
Kata tanya apa juga digunakan untuk menanyakan identitas. Misalnya :
Ia menyaksikan pertandingan apa ?
Kata tanya apa digunakan untuk menanyakan perbuatan
sejajar dengan pemakaian kata mengapa, apabila kata tambah penunjuk aspek.
Misalnya :
Anak-anak itu sedang
apa ?
Mau apa dia ?
·
Kata
tanya siapa dipakai untuk menanyakan
Tuhan, Malaikat, dan Manusia. Misalnya :
Siapa nama anak itu ?
Siapa yang patut disembah ?
Siapa yang mencabut nyawa manusia ?
·
Kata
tanya mana dipakai untuk menanyakan tempat. Dimana menanyakan tempat berada, darimana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan, dan kemana menanyakan tempat yang dituju.
Misalnya :
Pengusaha bertempat tinggal di mana ?
Dari mana pelajar itu mendapat buku baru ?
Nenek pergi kemana
?
Selain digunakan untuk menanyakan
tempat, kata tanya mana juga
digunakan untuk menanyakan sesuatu atau
seseorang dari suatu kelompok. Pada umumnya kata tanya mana didahului oleh
kata yang, menjadi yang mana. Misalnya :
Sepedamu yang mana ?
Buku yang mana yang kau inginkan ?
Kata mana juga digunakan untuk menanyakan
sesuatu atau seseorang yang pernah dibicarakan sebelumnya. Misalnya A dan B
adalah mahasiswa Fakultas Sastra UGM. Pada suatu hari A bertemu dengan B, dan
terjadi percakapan :
A : kemarin saya mendapat kiriman buku baru dari temanku di
Jakarta.
B : bolehkah saya meminjam sebentar
?
A :boleh saja, tetapi tidak saya bawa. Besok pagi saya
bawakan.
Keesokan harinya A dan B bertemu
lagi di Fakultas. Dengan serta merta B bertanya : mana bukunya ?
Kata tanya bagaimana, bila, dan
kapan dipakai untuk menanyakan waktu. Misalnya :
Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya ?
Bila Bapak Guru akan pulang ?
Sejak kapan kapal terbal itu mengalami kerusakan ?
Kata tanya ini digunakan untuk
membentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban yang mengiyakan atau menidakan
; kata tanya bukan selalu terletak diakhir kalimat, kata tanya bukankah
terletak diawal kalimat. Misalnya :
Anak-anak itu sudah bangun, bukan
?
Bukankah anak-anak itu sudah bangun?
9.
Penggolongan
kata II (Kata Suruh)
Kata suruh, ialah kalimat yang mengharapkan tanggapan yang
berupa tindakan dari lawan bicara. Kalimat suruh dapat digolongkan menjadi 4
golongan yaitu 1. Kalimat suruh yang sebenarnya, 2. Kalimat persilahan, 3.
Kalimat ajakan, dan 4. Kalimat larangan (Ramlan 1983: 37-41)
Kata-kata suruh dapat berupa kata-kata tolong, silahkan,
dipersilahkan, mari, ayo, dan jangan. Kata tolong digunakan untuk
memperhalus suruhan yang dinyatakan dalam kalimat suruh yang dipredikatnya
terdiri dari kata verbal yang benefaktif, ialah kata verbal yang menyatakan
perbuatan yang ditujukan bukan untuk kepentingan pelakunya; kata silahkan
dan dipersilahkan dipakai untuk membentuk kata persilahan; kata mari
dan ayo dipakai untuk kalimat ajakan, dan kata jangan dipakai
untuk membentuk kalimat larangan. Contoh :
· Tolong ambilkan minum saya!
· Silahkan beristirahat!
· Dipersilahkan tuan mengambil
sendiri!
· Mari kita berangkat sekarang!
· Ayo kita bermain sepak bola!
· Jangan suka menyakiti orang!
10. Penggolongan kata II (Kata
Penghubung)
Kata penghubung adalah kata atau kata-kata yang berfungsi
menghubungkan satuan-satusan gramatik menjadi satuan gramatik yang lebih besar.
Berdasarkan hubungan gramatik antar unsur yang dihubungkan, penghubung dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu penghubung yang setara dan penghubung
yang tidak setara (Ramlan, 1981: 19)
Penghubung setara ialah penghubung yang menghubungkan satuan
gramatik yang memiliki fungsi sama, baik berupa unsur inti semua, maupun berupa
unsur bukan inti semua. Contoh : pesawat jet dari luar negri itu mendarat satu
demi satu dan berhenti berjajar di depan panggung kehormatan.
Penghubung lain yang termasuk golongan penghubung setara
ialah akan tetapi, atau, apalagi, bahkan, baik…maupun, baik…ataupun, dan,
dan lagi, hanya, kemudian, lagi, lagi pula, lalu, lantas, malah, malahan, melainkan,
namun, namun demikian, namun begitu, pedahal, sebaliknya, sedang, sedangkan,
serta, tambahan, tambahan pula, tapi, tetapi.
Penghubung yang tidak setara ialah penghubung yang
menghubungkan satuan gramatik yang tidak setara, makasudnya yang tidak sam
dengan fungsinya. Misalnya: Ketika dia tersenyum nampak gigi-giginya yang
putih dan sehat.
Yang termasuk penghubung yang tidak setara ialah : agar,
agar supaya, akibat, andaikan, andaikata, apabila, apabila demikian, apabikla
begitu, asal, asalkan, bagai, bahwa, begitu, berhubung, berhubung dengan itu,
berkat, biar, biarpun, bila, bilamana, buat, dalam, dalam pada itu,
daripada, demi, dengan, dengan demikian, dengan cara demikian, dengan begitu,
dengan cara begitu, dengan cara itu, disamping, disamping itu, guna, hingga,
jika, jika begitu, jika demikian, jikala, kalau, kalau-kalau, karena, karena
itu, kecuali, kendati, kendatipunh, ketika, ketika itu, lantaran, manakala,
meski, meskipun demikian, meskipun begitu, oleh Karena itu, sambil, sampai,
sampai-sampai, seakan, seakan-akan, seandainya, sebab, sebab itu, sebagaimana,
sebelum itu, sebelumnya, sedang, sedari, sehabis, sehabis itu, sehingga, sejak,
sejak itu, sekiranya, selagi, selain, selain itu, selain dari pada itu, selama,
semasa, sembari, semenjak, semenjak itu, sementara, sementara itu, seolah,
seolah-olah, seperti, serasa-rasa, seraya, serta, sesudah itu, setelah itu,
setiap, setiap kali, seumpama, sesuai, sewaktu, sungguhpun, sungguhpun
demikian, sungguhpun begitu, supaya, tanpa, tat kala, tempat, tengah, tiap
kali, untuk, yang, waktu, waktu itu, walau, walaupun, walaupun begitu, walaupun
demikian.
Ada dua penghubung yang mungkin termasuk penghubng setara
dan mungkin pula termasuk penghubung tidak setara, ialah kata sedang dan
kata serta. Dalam kalimat
· Di rumah dia tak kerasan, sedang
di kampus teman-teman yang dikenalnya jarang muncul
· Dia membentak serta
membanting-banting kakinya ke lantai.
Kata sedang dan serta merupakan penghubung yang setara
karena berfungsi menghubungkan klausa yang mempunyai fungsi yang sama, ialah
sebagai klausa inti semua, sedangkan dalam kalimat :
·
Sedang ia asyik membaca buku, berderinglah
telepon disampingnya.
·
Serta pelayan pergi kebagian lain, kami
berjalan mengelilingi dasaran yang dipertontonkan.
kata sedang dan serta merupakan penghubung yang tidak setara
karena berfungsi menghubungkan klausa yang tidak setara, maksudnya klausa yang
tidak memiliki fungsi yang sama.
Secara semantik penghubung mempunyai fungsi menyatakan suatu
pertalian antara unsur-unsur yang dihubungkan. Misalnya penghubung lalu
pada kalimat: Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah took
Yang menghubungkan klausa ia mengunci sepedanya
dengan klausa masuk ke sebuah toko menyatakan pertalian ’perturutan’,
ialah pertalian yang menyatakan bahwa peristiwa, keadaan, atau perbuatan,
berturut-turut terjadi atau dilakukan.
Ditinjau dan pertaliannya, kata penghubung dapat dibedakan
menjadi tujuh belas pertalian, yaitu: (1) pertalian penjumlahan, (2) pertalian
perturutan, (3) pertalian pemilihan, (4) pertalian perlawanan, (5) pertalian
lebih, (6) pertalian waktu, (7) pertalian perbandingan, (8) pertalian sebab,
(9) pertalian akibat, (10) pertalian syarat, (11) pertalian pengandaian, (12)
pertalian harapan, (13) pertalian penerang, (14) pertalian isi, (15) pertalian
cara, (16) pertalian pengecualian, dan (17) pertalian kegunaan .
11. Penggolongan kata II (Kata Depan)
Kata Depan .
Kata depan ialah kata-kata yang pada frase eksosentris
berfungsi sebagai penanda, misalnya kata-kata: di, pada, ke, kepada, dari,
daripada, terhadap, bagi, dalam, akan, akibat, antar, antara, atas, dan
sebagainya.
12. Penggolongan kata II (Kata Seruaan)
Kata Seruan .
Kata seru ialah kata-kata yang dalam suatu kalimat berdiri
sendiri, terpisah dan unsur lainnya , misalnya: wah, ai, aduh, dik, bi, dan
sebagainya.
Tata bahasa ini berusaha untuk memahami bahasa dengan
memanfaatkan teori dan metode linguistik. Linguis sudah mulai menggunakan
kriteria yang jelas dalam penelaahan bahasa. Linguis yang digolongkan ke dalam
kategori ini adalah Slametmuljana (1957), Anton M. Moeliono (1967), S.
Wojowasito (1978). M. Ramlan (1985), dan Samsuri (1985) .
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ramlan (1985:48-77) menyatakan bahwa penggolongan kata yang
dibuatnya didasarkan hasil penelitian yang dilakukannya pada tahun 1982 sampai
dengan tahun 1983. Berdasarkan struktur sintaktik, kata bahasa Indonesia dapat
dibedakan menjadi dua belas yaitu: (1) kata verbal; (2) kata nominal; (3) kata
keterangan; (4) kata tamha; (5) kata bilangan; (6) kata penyukat; (7) kata
sandang; (8) kata tanya; (9) kata suruh; (10) kata penghubung; (11) kata depan;
dan (12) kata seruan.
Yang termasuk kata sandang yaitu : si, sang, suatu, semua,
segala, segenap, dan seluruh. Sedangkan kata Tanya terdapat mengapa, kenapa, bagaimana, berapa, apa, siapa, mana, bilamana, kapan, bila, dan bukan. Kata suruh dapat berupa tolong, silahkan, dipersilahkan,
mari, ayo, dan jangan. Kata penghubung dibagi menjadi 4 macam, yaitu kata
penghubung setara, dan kata penghubung yang tidak setara. Kata depan ialah
kata-kata yang pada frase eksosentris berfungsi sebagai penanda, misalnya
kata-kata: di, pada, ke, kepada, dari, daripada, terhadap, bagi, dalam, akan,
akibat, antar, antara, atas, dan sebagainya. Kata seruan adalah kata yang dalam
suatu kalimat berdiri sendiri. Yang termasuk kata seruan ialah wah, ai, aduh,
dik, bi.
B. Saran
Sebagai
mahasiswa bahasa, kita harus dapat lebih memahami penggolongan kata. Maka dari
itu, kami membuat makalah ini agar dapat membantu kita dalam pembelajaran
morfologi 2.
DAFTAR
PUSTAKA
Ramlan,
M. 1990. Penggolongan Kata M Ramlan. Yogyakarta
;
Komentar
Posting Komentar