ARTIKEL SKRIPSI

ANALISIS NILAI FEMINISME PADA NOVEL LAYAR TERKEMBANG  KARYA SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMAN 1 CILAKU TAHUN 2015-2016

Lenggi Irawan
Kampus: Jalan Dr. Muwardi Komplek Pasir Gede Raya Cianjur 43216

ABSTRAK
Gerakan kaum perempuan untuk menuntut persamaan hak dengan kaum laki-laki, baik dalam bidang politik, ekonomi maupun bidang sosial lainnya. Penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan tiga hal yaitu nilai-nilai feminisme yang terkandung pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana, Kemampuan siswa dalam mengungkap unsur feminisme, kelayakan novel Layar Terkembang sebagai bahan pembelajaran sastra. Berdasarkan permasalahan tersebut maka rumusan masalah penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. (1) nilai-nilai feminisme apa yang terkandung dalam novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana?, (2) kemampuan siswa dalam mengungkap unsur feminisme dan (3) kelayakan novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana sebagai bahan pembelajaran sastra di kelas XI SMA Negeri 1 Cilaku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Adapun teknik yang digunakan yakni teknik analisis isi, teknik angket, dan teknik tes. Teknik analisis isi menggunakan instrumen berupa kartu data. Teknik ini digunakan untuk mengkaji nilai-nilai feminisme yang ada pada novel. Kemudian, teknik angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap kelayakan novel Layar Terkembang apabila dijadikan sebagai bahan ajar, sedangkan teknik tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menganalisis nilai-nilai feminisme yang ada pada novel. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana mengandung nilai-nilai feminisme yang erat dengan kehidupan masa kini. Nilai-nilai feminissme yang dominan dalam novel layar terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana adalah perjuangan kaum perempuan terhadap persamaan hak untuk memperjuangkan kebebasan diri. Kemampuan siswa dikategorikan baik, berada pada kisaran 76%-85%. Hal ini berarti bahwa siswa kelas XI IPS 5 SMA Negeri 1 Cilaku mampu menganalisis nilai-nilai feminisme pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana.
Kata Kunci: nilai feminisme, layar terkembang, pembelajaran


ABSTRACT
Women's movement demanding equal rights with men, both in the political, economic and other social fields. This study intends to reveal three things: the values ​​contained in the novel feminism sail Sutan Alisyahbana work, the student's ability in uncovering elements of feminism, the feasibility of novel sail as literary study materials. Based on these problems, the formulation of research problem can be stated as follows. (1) the values ​​of feminism what is contained in the novel sail Sutan Alisyahbana work ?, (2) the ability of students to reveal the elements of feminism and (3) the feasibility of novel sail Sutan Alisyahbana work as a literary learning material in class XI SMA 1 Cilaku. The method used in this research is descriptive method. The technique used the content analysis technique, questionnaires engineering and test engineering. Content analysis technique using the instrument in the form of a data card. This technique is used to assess the values ​​of feminism that of the novel. Then, the questionnaire technique is used to determine the students' response to the feasibility of novel sail when used as teaching materials, while the test techniques used to determine the student's ability to analyze the values ​​of feminism that of the novel. Based on the analysis it can be concluded that the novel sail works Sutan Alisyahbana contains the values ​​of feminism closely with contemporary life. The values ​​feminissme dominant in the novel sail Sutan Alisyahbana work is the struggle of women to equality to fight for freedom themselves. The ability of students categorized as good, in the range of 76% -85%. This means that students in class XI IPS 5 SMAN 1 Cilaku able to analyze the values ​​of feminism on a novel sail Sutan Alisyahbana work.
Keywords: femininity, sail, learning


PENDAHULUAN
Feminisme adalah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. Pengertian feminisme juga  dikemukakan oleh Goefe (dalam Sugihastuti dan Suharto, 2002:18) adalah teori tentang persamaan hak antara laki-laki dan perempuan di segala bidang. Suatu kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Hal ini disebabkan perempuan selalu mengalami ketimpangan gender selama ini. 
Perempuan dalam pandangan feminisme mempunyai aktivitas dan inisiatif sendiri untuk memperjuangkan hak dan kepentingan tersebut dalam gerakan untuk menuntut haknya sebagai manusia secara penuh (Kridalaksana dalam Sofia, 2009:13).
Permasalahan perempuan lebih banyak berkaitan dengan kesetaraan gender. Feminisme, khusunya masalah-masalah mengenai wanita pada umumnya dikaitkan dengan emansipasi, gerakan kaum perempuan untuk menuntut persamaan hak dengan kaum laki-laki, baik dalam bidang politik, ekonomi maupun bidang sosial lainnya.
Dalam kenyataannya feminisme sudah menguasai segala aspek kehidupan. Perempuan dapat meraih pendidikan setinggi apa yang mereka inginkan. Bahkan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri pun sekarang ini banyak didapat oleh kalangan perempuan.
Dalam dunia karir, perempuan kini tidak sungkan lagi untuk masuk ke dalamnya. Dengan prinsip penyetaraan gender, mereka bahkan bisa bersifat dominan dalam karir yang mereka jalani dibandingkan dengan laki-laki. Dunia politik juga tidak dilewati oleh peran perempuan di dalamnya, bahkan sekarang setiap partai politik pasti memiliki kader dan anggota seorang perempuan. Selain itu perempuan di Indonesia juga semakin  mendapat jalan lebih luas untuk berperan aktif dalam kancah politik. Sekarang dapat dilihat bahwa dalam dunia politik, perempuan sudah berada dalam masa modern karena kita tahu bahwa partisipasi perempuan dalam politik jauh lebih banyak dibanding dulu, yang mana peran perempuan cenderung pasif dan tidak mau tahu. Namun, sekarang semakin terlihat bahwa dalam dunia politik, perempuan sudah mau meninggalkan masa modern dan akan beralih kepada masa post-modern hal itu terlihat dari semakin dominannya peran wanita itu sendiri, bahkan di Indonesia perempuan bisa menjabat sebagai kepala negara. (Kurnia dalam http://www.kompasiana.com/sepakterjang-peran-wanita-dalam-politik-indonesia/berkembangnya-peran-wanita-dalam-dunia-politik-indonesia-di-era-postmodern-feminisme)
Dalam sastra, feminisme sudah dipermasalahkan sejak tahun 1920-an, ditandai dengan hadirnya novel-novel Balai Pustaka, dengan mengemukakan masalah-masalah kawin paksa, yang kemudian dilanjutkan pada periode 1930-an yang diawali dengan novel Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Alisyahbana.
Pemikiran feminisme tentang kesetaraan gender sudah banyak diterima dan didukung baik oleh kalangan perempuan maupun kalangan laki-laki. Dukungan ini terlihat melalui penerimaan masyarakat terhadap kaum perempuan di bidang-bidang yang tadinya hanya didominasi oleh kaum laki-laki.
Dengan menganalisis nilai-nilai feminisme yang terdapat pada novel, siswa diharapkan mampu memahami dan menghayati nilai-nilai feminisme serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, mengapresiasi nilai feminisme yang terdapat pada novel diharapkan mampu memberikan pendidikan sosial sehingga dapat merubah pola pikir siswa tentang persamaan hak antara laki-laki dan perempuan serta mampu mengaplikasikannya di lingkungan masyarakat.
Dalam novel Layar Terkembang terdapat beberapa persamaan dengan kehidupan saat ini. Novel Layar Terkembang menceritakan tokoh Tuti yang aktif dalam perkumpulan Putri Sedar dan menjabat sebagai ketua cabang. Fenomena yang terjadi pada novel Layar Terkembang pun kini terjadi di dunia pendidikan, banyak siswa perempuan yang terlibat dalam organisasi sekolah dan menjabat sebagai ketua organisasi tersebut, bahkan di dalam kelas pun siswa perempuan banyak yang menjadi ketua kelas.
Dalam pendidikan, siswa dilibatkan dalam pegalaman melalui sebuah karya sastra yang mencerminkan kehidupan dalam dunia “nyata” supaya ia memahami bahwa dalam kehidupan banyak persoalan yang terjadi, baik persoalan yang menyangkut hubungan antara dirinya dengan Tuhan, dengan masyarakat sekitar (sesama manusia), maupun hubungan dirinya dengan alam. Siswa diharapkan mampu memahami dan mengapresiasi nilai-nilai dalam karya sastra, serta mampu megapresiasi hubungannya sebagai makhuk dengan khaliknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru bahasa indonesia memerlukan persiapan secara khusus terutama dalam menentukan bahan ajar.
Pada dasarnya pembelajaran sastra merupakan salah satu jenis pengajaran yang ingin memperkenalkan kepada siswa berbagai nilai yang dikandung karya sastra, dan mengajak siswa untuk dapat menghargai pengalaman-pengalaman yang terdapat di dalamnya (Ristiani, 2012:61).
Berdasarkan fenomena yang telah dijelaskan di atas, perlu kiranya dilaksanakan suatu penelitian yang berjudul ANALISIS NILAI FEMINISME PADA NOVEL LAYAR TERKEMBANG  KARYA SUTAN TAKDIR ALISYAHBANA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk memaparkan atau mengetahui suatu keadaan, kondisi, situasi, peristiwa dan lain-lain.
Arikunto (2010:3) mengemukakan bahwa istilah deskriptif berasal dari istilah bahasa inggris to describe yang berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Dengan demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
Objek pada penelitian merupakan siswa kelas VIII A SMP PGRI Cugenang sebanyak 38 orang. Adapun subjek pada penelitian ini adalah menganalisis nilai-nilai kejujuran dalam novel Si Jamin dan Si Johan karya Merari Siregar, kemudian menyusun model pembelajaran bermain peran serta mengimplemnetasikannya.
Bentuk instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah analisis isi, wawancara, lembar observasi terhadap guru dan siswa, tes serta angket kemudian mengimplementasikan model pembelajaran bermain peran yang telah disusun serta disesuaikan dengan sekolah tersebut.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Nilai-nilai Feminisme dalam Novel
Salah satu karyanya yang mendapat sorotan masyarakat dan para peminat sastra yaitu Layar Terkembang. Novel ini telah mengalami cetak ulang beberapa kali. Selain itu, Layar Terkembang merupakan cerminan cita-citanya. Dalam novel ini Takdir merenuangkan gagasannya dalam memajukan masyarakat, terutama gagasan memajukan peranan kaum wanita. cita-cita Takdir digambarkannya melalui tokoh Tuti sebagai wanita Indonesia yang berpikiran maju yang aktif dalam pergerakan wanita. Layar Terkembang merupakan puncak karya sastra Pujangga Baru.
Novel Layar Terkembang merupakan sebuah novel yang memperkenalkan masalah wanita Indonesia yang mulai merangkak pada pemikiran modern. Kaum wanita mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai wanita berwawasan luas, serta bercita-cita mandiri. Dalam novel ini, diceritakan tentang kaum wanita yang mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya yang mempunyai wawasan luas dan bercita-cita tinggi.
Nilai feminisme yang dominan dalam novel layar terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana adalah perjuangan kaum perempuan terhadap persamaan hak untuk memperjuangkan kebebasan diri.   Berikut adalah contoh kutipannya.
Bahwa pidato itu sangat penting, sebab akan menggambarkan dengan nyata, bangaimana cita-cita Putri Sedar tentang kedudukan perempuan dalam masyarakat, bagaimana harusnya perempuan dimasa yang akan datang seperti dicita-citakan Putri Sedar. Paragraf 1, Hal. 40

Kemampuan Siswa dalam Menganalisis Novel
Nilai rata-rata kemampuan menganalisis nilai feminisme novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana adalah 79,1. Apabila dihubungkan pada tabel penentuan patokan persentase maka rata-rata nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Hal ini berarti bahwa siswa kelas XI IPS 5 SMA Negeri 1 Cilaku mampu menganalisis nilai-nilai feminisme pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana. Adapun kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 1 Cilaku secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      kemampuan menganalisis nilai-nilai feminisme pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana tertinggi yaitu 91-100 sebanyak 5 orang  maka nilai tersebut termasuk dalam kategori sempurna. Hal ini berarti sebanyak 17,24% siswa sudah mampu menganalisis nilai-nilai feminisme pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana.
2.      Siswa yang mendapat nilai 81-90 sebanyak 11 orang, dengan demikian nilai tersebut termasuk dalam kategori  baik. Hal ini berarti sebanyak 37,93% siswa mempunyai kemampuan yang baik dalam menganalisis nilai-nilai feminisme pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana.
3.      Siswa yang mendapat nilai 71-80 berjumlah 7 orang ( 24,13 %), dengan demikian nilai tersebut termasuk dalam kategori cukup. Artinya sebanyak 24,13 % siswa cukup mampu menganalisis nilai-nilai feminisme pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana.
4.      Siswa yang mendapat nilai 61-70 berjumlah 3 orang (10,34%), dengan demikian nilai tersebut termasuk dalam kategori sedang. Artinya sebanyak 10,34% siswa masih kurang mampu menganalisis nilai-nilai feminisme pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana.
5.      Siswa yang mendapat nilai 51-60 berjumlah 3 orang (10,34%), dengan demikian nilai tersebut termasuk dalam kategori kurang. Artinya sebanyak 10,34% siswa kurang mampu menganalisis nilai-nilai feminisme pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana.
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa masih sedikit siswa yang mampu menganalis nilai-nilai feminisme pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana dengan sangat baik.
Kelayakan Novel Sebagai Bahan Ajar
Kelayakan novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana sebagai bahan ajar, maka berikut ini merupakan pembahasan dari data angket yang telah diperoleh. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 96,5% siswa tidak pernah membaca novel Layar Terkembang, dan selanjutya berkaitan dengan bahasa dalam novel sebanyak 29% siswa menjawab bahwa bahasa yang digunakan dalam novel sulit mereka pahami, kemudian berkaitan dengan setuju atau tidaknya novel Layar Terkembang ini dijadikan sebagai bahan ajar sebanyak 65,51% siswa kurang menyetujui novel Layar Terkembang sebagai bahan ajar sastra. Hal ini dapat dipergunakan sebagai penunjang kelayakan novel Layar Terkembang sebagai bahan ajar. Dari hasil angket dapat ditarik kesimpulan bahwa novel Layar Terkembang  layak dijadikan sebagai bahan pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan tentang Analisi Nilai Feminisme Pada Novel Layar Terkembang Karya Sutan Takdir Alisyahbana Sebagai Bahan Pembelajaran Di Kelas XI SMAN 1 Cilaku Tahun Ajar 2015-2016. Dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Novel Layar Terkembang Karya Sutan Takdir Alisyahbana perjuangan kaum perempuan dalam menuntut adanya persamaan hak, kesadaran kaum perempuan akan ketidakadilan gender, dan kesadaran perempuan bahwa gender bukan sebagai sifat kodrati.
Nilai rata-rata kemampuan menganalisis nilai feminisme novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana adalah 77,5. Apabila dihubungkan pada tabel penentuan patokan persentase maka rata-rata nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Hal ini berarti bahwa siswa kelas XI IPS 5 SMA Negeri 1 Cilaku mampu menganalisis nilai-nilai feminisme pada novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana.
Kelayakan novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana sebagai bahan ajar, maka berikut ini merupakan pembahasan dari data angket yang telah diperoleh. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebanyak 96,5% siswa tidak pernah membaca novel Layar Terkembang, dan selanjutya berkaitan dengan bahasa dalam novel sebanyak 29% siswa menjawab bahwa bahasa yang digunakan dalam novel sulit mereka pahami, kemudian berkaitan dengan setuju atau tidaknya novel Layar Terkembang ini dijadikan sebagai bahan ajar sebanyak 65,51% siswa kurang menyetujui novel Layar Terkembang sebagai bahan ajar sastra. Hal ini dapat dipergunakan sebagai penunjang kelayakan novel Layar Terkembang sebagai bahan ajar. Dari hasil angket dapat ditarik kesimpulan bahwa novel Layar Terkembang tidak layak dijadikan sebagai bahan pembelajaran.

5.2    Saran
Setelah mengambil simpulan, maka penulis dapat menarik saran berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan. saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Guru bahasa Indonesia diharapkan bisa lebih memperkaya bahan ajar sastra dibandingkan yang sudah ada. Penggunaan buku-buku paket sebagai buku sumber memang penting, akan tetapi alangkah lebih baiknya jika para guru juga peka terhadap karya sastra lama, sedang hangat atau baru muncul saat ini. Kemudian saran lainnya agar para guru lebih pandai mengkolaborasikan metode dan teknik belajar, sehingga pembelajaran sastra tidak bersifat monoton. Kemudian diharapkan juga agar para guru meningkatkan pemahaman dan pengetahuannya sendiri dalam bidang sastra.
Saran untuk lembaga sekolah, yaitu supaya lebih memperbanyak buku-buku sumber ataupun buku-buku sastra di perpustakaan  baik itu tentang teori sastra maupun karya-karya sastra yang sedang berkembang. Hal ini dimaksudkan untuk lebih menarik perhatian siswa agar lebih gemar membaca.
Saran untuk lembaga Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yaitu supaya memperbanyak buku-buku pengetahuan tentang sastra dan buku-buku sastra fiksi di perpustakaan daerah. Hal ini dimaksudkan agar para pelajar, baik itu siswa menengah ataupun mahasiswa lebih mudah mencari buku yang dibutuhkan sehingga tidak perlu jauh-jauh mencari ke luar kota.
Saran untuk  siswa yaitu supaya lebih meningkatkan kegemaran membaca karena dengan membaca bisa membuka cakrawala kita tentang dunia


DAFTAR PUSTAKA
Alisjahbana, Sutan Takdir. 2013. Layar Terkembang. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Sofia, Adib. 2009. Kritik Sastra Feminis “Perempuan dalam Karya-karya
Kuntowijoyo”. Yogyakarta: Citra Pustaka Yogyakarta.
Sugihastuti dan Suharto. 2002. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [online]. Tersedia: http://phianzsotoy.blogspot.co.id/2009/12/perspektif-feminisme-dalam-novel-layar.html [21 November 2015]
Sumardjo, Jacob dan Saini K.M. 1988. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia


Komentar

  1. How to register, bet and win - JTM Hub
    › 2021/04/10 › casino-how › 2021/04/10 › casino-how Sep 10, 2021 — 상주 출장샵 Sep 10, 2021 Casino games at JTM have been a hit among 서귀포 출장마사지 players for quite some time now, 밀양 출장안마 and some have 서울특별 출장마사지 even managed to land on 익산 출장안마 to

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH ARTIKEL ILMIAH

Analisis Cerpen "Anak Kebanggaan"

Analisis Novel "Hapalan Shalat Delisa"