Analisis Novel "Hapalan Shalat Delisa"
A.
UNSUR
INTRINSIK
A.
Tema
: Perjuangan Seorang
Anak Kecil dalam
Menghafal Bacaan Shalat
B.
Tokoh/Penokohan :
1. Delisa
a. Pantang
Menyerah
“Badannya terus terseret.
Ya Allah, Delisa ditengan sadar dan tidaknya ingin sujud... Ya Allah, Delisa
ingin sujud dengan sempurna. Delisa sekarang hafal bacaannya... Delisa tidak
lupa seperti tadi shubuh.” (hal. 71)
b. Penyayang
"Delisa.... D-e-l-
i-s-a cinta Ummi... Delisa c-i-n-t-a Ummi karena.” (hal. 53)
2. Ummi
Salamah
a. Rendah
Hati
"ah nggak usah. Biar
saya bayar penuh Koh Acan!.” (hal. 19
b. Sabar
"Bukan, sayang...
Kan kita udah janji, kamu nggak akan pegang kalungnya sebelum kamu hafala
seluruh bacaan shalat! sebelum lulus dari ujian Ibu Guru Nur.” (hal. 22)
c. Perhatian
"Kamu kenapa,
sayang?" ; "Kamu sakit?" (hal. 27)
3. Kak
Fatimah
a. Tegas
" Ais, kamu
memangnya nggak bisa bangunin delisa nggak pakai teriak-teriak apa?" (hal.2)
b. Sabar
" Delisa bangun,
sayang... Shubuh!" (hal 2)
4. Kak
Aisyah
a. Keras
Kepala
" Yee, Delisa
jangankan digerak- gerakkan kencang- kencang, speaker meunasah ditaruh di
kupingnya saja, ia nggak bakal bangun-bangun juga." (Hafalan Shalat
Delisa, hal. 2)
b. Egois
"Makanya kamu
cepetan menghafal bacaannya.... bikin repot saja!" (hal. 8)
c. Iri
"Kenapa Delisa dapat
kalung yang lebih bagus! kenapa kalung Delisa lebih bagus dibandingkan dengan
kalung Aisyah... lebih bagus dari kalung Zahra... kalung Kak Fatimah." (hal.32)
5. Kak
Zahra
a. Sabar
"Iya! Tapi kamu
nyarinyakan bisa lebih pelan sedikit? Nggak mesti merusak lipatan pakaian yang
lainkan?" (hal.49)
6. Ustadz
Rahman
a. Pengetian
"Biar nggak
kebolak-balik kamu mesti menghafalnya berkali- kali... Baca berkali-kali...
nanti nggak lagi! Nanti pasti terbiasa." (hal.38)
7. Abi
Usman
a. Pengertian
"Tentu saja Delisa
bisa menghafalnya kembali. Insya Allah jauh lebih cepat sekarang... Kan, Delisa
pernah menghafal sebelumnya (hal.151)
b. Perhatian
"Bagaimana sayang,
apakah Delisa sudah merasa baikan?" (Hafalan Shalat Delisa, hal. 226)
C.
Latar
1. Latar
Tempat
a. Lhok
Nga
“menggetarkan
langit-langit Lhok Nga yang masih gelap.” (hal.1)
b. Kamar
Rawat
“Shopi melangkah keluar
kamar, entah mengambil apa?” (hal.132)
c. Hutan
Sersan
“Ahmed berlari menuju
semak belukar tersebut.” (hal.109)
d. Tenda
darurat
“Delisa menatap
tenda-tenda yang berjejer rapi tersebut.” (hal.156)
2. Latar
Waktu
a. Pagi
hari
“Adzan shubuh dari
meunasah terdengar syahdu.” (hal.1)
“Cahaya matahari
menyemburat dari balik bukit yang memagari kota” (hal.5)
b. Siang
hari
“Sinar terik matahari
mengembalikan panca-indranya” (hal.92)
c. Sore
hari
“Matahari bergerak
menghujam bumi semakin rendah. Jingga memenuhi langit” (hal.46)
d. Dini
Hari
“Malam ketiga ketika
Delisa terbaring tak berdaya. Pukul 02.45” (hal.112)
3. Latar
Suasana
a. Ramai
“Pasar Lhok Nga ramai
sekali. Hari Ahad begini. Semua seperti sibuk berbelanja” (hal.19)
b. Senang
"Delisa boleh pilih
kalungnya sendiri, kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau,
seperti punya Kak Aisyah!" (hal.17)
c. Sedih
“Sungguh semua hancur.
Sungguh semuanya musnah. Ya Allah, kami belum pernah melihat kehancuran seperti
ini. Kota ini tak bersisa, kota ini luluh lantak hanya meninggalkan berbilang
kubah masjid, kota itu menjadi cokelat, kota ini tak berpenghuni lagi. Kota
ini! Kota itu!” (hal.81)
D.
Alur
Alur yang ada dalam novel
"Hafalan Shalat Delisa", yaitu alur maju. Hal ini dibuktikan oleh
beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Pengenalan/
awal cerita :
Awal
cerita dalam novel ini didahului oleh sebuah keluarga yang memiliki seorang
anak bernama Delisa. Delisa adalah anak kecil berumur 6 tahun yang sedang
berusaha menghafal bacaan shalatnya. Delisa selalu susah untuk menghafal bacaan
shalatnya. Setiap shalat Kak Aisyah membaca keras-keras bacaan shalatnya agar
Delisa lebih mudah untuk menghafal bacaan shalatnya. Kak Aisyah selalu
menjahili Delisa. Abi Delisa bekerja di pertambangan minyak sehingga Abi Delisa
pulang 1 bulan sekali.
b. Timbulnya
konflik / titik awal pertikaian :
Awal
pertikaian ditunjukan ketika delisa akan dibelika kalung oleh ibu sebagai
hadiah telah menghafal bacaan shalatnya. Namun kalung yang delisa beli berbeda
dengan kalung yang dibelikan ibu kepada kakak- kakaknya. Hal tersebut membuat
Kak Aisyah merasa cemburu atau iri terhadap kalung yang dibelikan ibu kepada
Delisa.
c. Puncak
konflik/titik puncak cerita :
Titik
puncak certita adalah ketika Delisa sedang menjalani tes hafalan bacaan shalat
oleh Ibu Guru Nur. Ketika itu tiba-tiba saja kota Aceh dilanda gempa yang
sangat kuat. Gempa itu berskala 9.1 SR. Delisa yang sedang tes tetap
melanjutkannya, tidak peduli kondisi sekitar seperti apa. Padahal semua murid
yang sedang menunggu giliran sudah berhamburan keluar sekolah. Namun Ibu Guru
Nur tetap setia menemani Delisa. Setelah gempa mereda, air laut seketika naik
sangat tinggi, menyebabkan para nelayan berlari kesana-kesini.
Ternyata
gempa itu disertai dengan tsunami. Air dengan arus yang sangat dahsyat
menerjang tubuh mungil Delisa yang sedang menjalani tes. Abi yang tau berita
ini lewat televisi, langsung meminta cuti ke bosnya untuk kembali ke aceh dan
segera mengetahui kondisi keluarganya. Namun ketika Abi sampai di Aceh, dia
mendapat berita yang menyedihkan. Abi di beritahu oleh Koh Acan bahwa semua
anggota keluarganya telah meninggal. Hanya tinggal Delisa sajalah yang sampai
saat ini belum ditemukan juga.
d. Antiklimaks
:
Antiklimaks
dalam novel ini ketika Delisa telah merelakan kepergian seluruh anggota
keluarganya kecuali Abi. Delisa tidak akan pernah membahas Ummi didepan Abi.
Delisa tidak ingin membuat Abi sedih. Dan semenjak kejadian itu Delisa lupa
akan semua hafalan shalat yang pernah ia hafal. Delisa berusaha untuk menghafalnya
lagi namun hal terserbut malah semakin sulit untuk dihafal.
e. Penyelesaian
Masalah :
Pada
akhirnya, Delisa tersadar hal apa yang dapat membuat lupa akan hafalan
shalatnya itu. Hal itu adalah Delisa menghafal bacaan shalatnya hanya demi
mendapat kalung dari Ummi. Delisa menghafal bacaan shalatnya agar mendapat
imbalan dari Ummi. Dan sekarang Delisa sudah dapat mengingat seluruh hafalan
shalatnya karena Delisa memiliki satu niat, yaitu ikhlas dalam melakukan apapun
dan jangan mengharapkan suatu imbalan. Sudut Pandang Sudut pandang yang
digunakan pengarang dalam novel tersebut, yaitu sudut pandang orang ketiga
serba tahu. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut nama tokoh-
tokoh pemeran dalam novel tersebut, dimana seakan-akan pengarang begitu
mengerti perasaan yang dialami.
E.
Amanat
Apabila kita memiliki
kemauan pasti ada jalannya. Kalau kita ingin mencapai suatu harapan hanya untuk
sebuah imbalan itu percuma, karena hal yang kita lakukan tersebut tidak berasal
dari hati kita sendiri tapi berasal dari nafsu kita untuk mendapat imbalan
tersebut. Sebaiknya kita melakukan apapun sesuai dengan hati kita, jangan
pernah mengharapkan suatu imbalan apapun terhadap perkejaan atau suatu harapan
yang kita inginkan. Dan satu lagi sebaiknya kita juga melakukan apapun dengan
hati yang lapang dan ikhlas.
A.
UNSUR
EKSTRINSIK
1. Nilai
Budaya
Budaya yang ada di dalam
novel ini adalah ketika semua anak Ummi Salamah telah lulus dalam hafalan
membaca shalatnya maka sebagai hadiahnya, Ummi membelikan sebuah kalung sebagai
hadiahnya. Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut : "Delisa boleh
pilih kalungnya sendiri kan? Seperti punya Kak Fatimah, punya Kak Zahra atau,
seperti punya Kak Aisyah!" (hal.17)
2. Nilai
Agama
Nilai agama yang
terkandung sangat kuat, karena semua anak-anak Ummi Salamah diwajibkan
menghafal bacaannya shalatnya dan diwajibkan untuk shalat sesuai dengan
waktunya. Semua anak Ummi Salamah belajar mengaji di TPA bersama Ustadz Rahman.
Hal ini dibuktikan dalam percakapan berikut :
" Delisa bangun,
sayang... Shubuh!" (hal 2)
assalamualaikum..saya minta izin untuk dijadikan sumber makalah Bahasa Indonesia ya kak
BalasHapus