MAKALAH DWIBAHASA, DWIBAHASAWAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Manusia dalam berkomunikasi menggunakan bahasa. Dengan bahasa soerang individu dapat berinteraksi dan bertukar pikiran dengan individu lainnya sehingga dapat terjalin komunikasi yang baik. Bahasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena dengan berbahasa seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain. dengan kata lain, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam upaya berinteraksi dengan individu lainnya.
Seorang individu atau masyarakat dalam setiap negara pasti memiliki bahasa nasional. Di Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai bahasa daerah. Suatu masyarakat akan mengenal dan menguasai bahasa yang pertama mereka kenal yaitu bahasa ibu atau B1, di samping bahasa ibu  masyarakat pun menguasai bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia atau disebut B2. Untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa itu.
Oleh karena itu, bila berbicara mengenai penggunaan dua bahasa akan berkaitan dengan dwibahasa, dwibahasawan, dan kedwibahasaan yang menjelaskan mengenai kemampuan dalam menggunakan dua bahasa, serta orang yang mampu menggunakan dua bahasa dalam setiap individu atau masayarakat.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan dwibahasa ?
2.      Apa yang dimaksud dengan dwibahasawan ?
3.      Apa yang dimaksud dengan kedwibahasaan ?

C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi dwibahasa.
2.      Untuk mengetahui definisi dwibahasawan.
3.      Untuk mengetahui definisi kedwibahasaan.





























BAB II
PEMBAHASAN

A.  Dwibahasa
Menurut Kridalaksana (2008:36) dalam kamus lingustik dwibahasa atau bilingual memiliki arti mampu atau biasa memakai dua bahasa. Bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Jadi, dwibahasa merupakan kemampuan menggunakan dua bahasa, seperti bahasa nasional dan bahasa asing, maupun bahasa daerah dan bahasa nasional.

B.  Dwibahasawan
Dwibahasawan adalah masyarakat yang menguasai dua bahasa atau lebih yang digunakan secara bergantian, namun masing-masing bahasa mempunyai peranannya masing-masing. Dwibahasawan merupakan orang yang dapat berbicara dalam dua bahasa, seperti bahasa nasional dan bahasa asing, bahasa daerah dan bahasa nasional. Contohnya: masyarakat Indonesia dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara dan bahasa daerah sebagai bahasa intrakelompok. Terdapat beberapa jenis dwibahasawan, yakni:
1.      Dwibahasawan terpadu adalah seseorang yang dapat memasukan kedua sistem bahasa yang dikuasainya. Sering terjadi dwibahasawan jenis ini menggunakan sistem B2 di saat dia menggunakan B1.
2.      Dwibahasawan koordinatif adalah seseorang yang tidak dapat memadukan kedua sistem bahasa yang dikuasainya. Kedua bahasa yang dikuasainya itu tetap berdiri sendiri, karena itu biasanya orang yang bersangkutan adalah penerjemah yang berkualitas tidak bagus.
3.      Dwibahasawan tambahan adalah pembicaraan yang dapat menggunakan dua bahasa yang bergengsi dan bermanfaat. Kedua bahasa itu saling melengkapi, saling memperkaya dan sejalan.



C.  Kedwibahasaan
1.      Pengertian Kedwibahasaan
Kedwibahasaan merupakan fenomena yang menggejala di setiap negara di dunia ini. Di Indonesia terdapat lebih dari empat ratus bahasa daerah. Di samping itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi dan bahasa nasional. Oleh karena itu, jelas Indonesia merupakan masyarakat dwibahasawan.
Kedwibahasaan merupakan masalah umum. Akan tetapi, sampai saat ini tidak ada satu definisi kedwibahasaan yang disetujui bersama oleh para ahli. Landasan yang digunakan dalam penyusunan definisi itu sering berbeda. Ada definisi yang dilandaskan kepada kefasihan menggunakan bahasa; ada definisi yang didasarkan kepada fungsi bahasa; dan ada pula definisi yang didasarkan kepada tujuan dwibahasawan.
Pengertian kedwibahasaan bukanlah sesuatu yang bersifat mutlak, hitam atau putih, tetap bersifat “kira-kira” atau “kurang lebih”. Pengertian kedwibahasaan merentang dari ujung yang paling rendah atau minimal. Secara singkat, pengertian kedwibahasaan berkembang dan berubah mengikuti tuntutan situasi dan kondisi. Pada gilirannya akan terlihat dampaknya dalam pendefinisian kedwibahasaan itu dengan cara dan isi yang berbeda-beda.
Menurut para pakar kedwibahasaan didefinisikan sebagai berikut:
a.    Bloomfield (1958:56)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa yang sama baiknya oleh seorang penutur.
b.    Hartman dan Stork (1972:27)
Kedwibahasaan adalah pemakain dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat ujaran.
c.    Haugen (1968:10)
Kedwibahasaan adalah tahu dua bahasa.
d.    Kridalaksana (2008:36)
Kedwibahasaan atau bilingualisme adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seseorang atau oleh suatu masyarakat.
e.  MacKey (1956:155)
Kedwibahasaan adalah pemakaian yang bergantian dari dua bahasa.
f.     Robert Lado (1964-214)
Kedwibahasaan merupakan kemampuan berbicara dua bahasa dengan sama atau hampir sama baiknya. Secara teknis pendapat ini mengacu pada pengetahuan dua bahasa, bagaimana tingkatnya, oleh seseorang.
   Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kedwibahasaan adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur atau masyarakat yang pemakainnya dilakukan secara bergantian.

















BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan
Dwibahasa atau bilingual memiliki arti mampu atau biasa memakai dua bahasa. Dwibahasawan merupakan orang yang dapat berbicara dalam dua bahasa, seperti bahasa nasional dan bahasa asing, bahasa daerah dan bahasa nasional. Terdapat beberapa jenis dwibahasawan yaitu (1) dwibahasawan terpadu, (2) dwibahsawan koordinatif, dan (3) dwibahasawan tambahan. Sedangkan untuk kedwibahasaan disimpulkan dari definisi para ahli adalah penggunaan dua bahasa atau lebih oleh seorang penutur atau masyarakat yang pemakainnya dilakukan secara bergantian.

B.  Saran

















DAFTAR PUSTAKA

          Kridalaksana, Harimurti. 2008.   Kamus Lingustik.  Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


          Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 2011.   Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH ARTIKEL ILMIAH

Analisis Cerpen "Anak Kebanggaan"

Analisis Novel "Hapalan Shalat Delisa"