ARTIKEL KALIMAT PERLUASAN UNSUR
ABSTRAK
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan
suara naik turun dank eras lembut, disela jeda dan diakhiri dengan intonasi
akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan atau
asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Pada kenyataannya, suatu
kalimat sering kali terdiri bukan hanya atas unsur wajib saja, tetapi juga atas
unsure tak wajib. Pada artikel ini, penulis melakukan penyuluhan mengenai
kalimat perluasan unsur dengan sasaran utamanya yaitu siswa kelas X SMA/MA. Dalam penyuluhan ini,
penulis mengangkat sebuah permasalahan di bidang kebahasaan, khususnya pada
penggunaan kalimat. Dalam
menuliskan kalimat dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka yang harus
kita ketahui yaitu unsur-unsur yang ada untuk membuat suatu kalimat yang
biasanya dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam Bahasa Indonesia biasanya
digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan).
Penulis
menyajikan permasalahan dilihat dari segi perluasan kalimat dari berbagai
unsur-unsur kalimat.
KATA
KUNCI
Kalimat,
perluasan, unsur, pola,
subjek, predikat, objek, keterangan.
I.
PENDAHULUAN
Kalimat sebagai satuan bahasa yang lebih besar daripada
kata atau frasa merupakan rangkaian kata yang menyatakan pikiran tertentu yang
secara relatif dapat berdiri sendiri, dan intinasinya menunjukkan batas antara
sesamanya.
Pikiran yang utuh pada setiap kalimat diungkapkan pada
dua bagian, yakni subjek dan predikat. Subjek sebagai bagian yang menjadi
pokok pembicaraan dalam kalimat dijelaskan maknanya oleh predikat.
Kalimat disusun berdasarkan unsur-unsur yang berupa kata,
frasa, dan/atau klausa. Unsur-unsur ini mempunyai fungsi dan pengertian tertentu yang disebut bagian kalimat. Ada
bagian kalimat yang dapat dihilangkan dan adapun yang tidak. Bagian yang tidak
dapat dihilangkan disebut inti kalimat sedangkan bagian yang dapat dihilangkan
bukan inti kalimat. Bagian inti ini dapat membentuk kalimat dasar dan bagian
bukan inti dapat membentuk kalimat luas.
II.
PEMBAHASAN
Perluasan
kalimat diawali dari kalimat yang mengandung dua unsur pusat, kemudian ditambah
satu unsur tambahan atau lebih.
Ayahmengetahuihal itu.
S P O
Kalimat di atas adalah perluasan dari Ayahmengetahui.
S P
Karena
predikatnya tergolong transitif, maka kehadiran objek menjadi wajib. Apabila
kalimat tersebut diperluas, bisa menjadi kalimat majemuk bertingkat seperti:
Ayah
mengetahui bahwa aku menikah.
S P O
S/P
Dalam
menuliskan kalimat dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka yang harus
kita ketahui yaitu unsur-unsur yang ada untuk membuat suatu kalimat yang
biasanya dipakai dalam sebuah kalimat. Dalam Bahasa Indonesia biasanya
digunakan aturan SPO atau SPOK (Subjek, Predikat, Objek atau Subjek, Predikat, Objek, Keterangan)
Biasanya
sebuah kalimat itu memiliki Subjek, Predikat, dan Objek juga bisa ditambah
dengan unsur lain seperti Keterangan.
1.
Subjek, dalam kalimat Bahasa Indonesia biasanya adalah
seseorang yang melakukan suatu kegiatan tertentu. Dalam kalimat, subjek bisa
berupa nama seseorang.
2.
Predikat, suatu kegiatan yang dilakukan oleh subjek.
3.
Objek, sesuatu yang digunakan oleh suatu subjek.
4.
Keterangan, dapat berupa keterangan tempat, waktu,
ataupun alat bantu.
Sebuah
kalimat tunggal terdiri dari satu rangkaian unsur inti (S,P). Perluasan dari
kalimat tunggal biasanya tidak melampaui batas (S,P) atau tidak membentuk pola
kalimat baru.
Cara
menentukan kalimat inti dari kalimat perluasan sebagai berikut.
Orang yang tinggi besar itu sama sekali bukan tetangga
pamanku.
Kalimat intinya: Orang itu pamanku.
Ia berlari dengan cepat agar tidak terlambat.
Kalimat intinya: Ia berlari.
Unsur-unsur kalimat
Bagian
inti yang harus ada pada kalimat, adalah Subjek (S) dan Predikat (P). Bagian
inti kalimat adalah bagian yang tak dapat dihilangkan dalam struktur kalimat.
Subjek kalimat berfungsi sebagai inti pembicaraan, sedangkan predikat berfungsi
sebagai penjelasan terhadap subjek, yang dapat dilengkapi dengan objek (O) atau
pelengkap (pel.) dan keterangan (Ket).
Subjek dan Predikat
Subjek
sebagai inti pembicaraan barulah menyatakan pikiran jika dijelaskan oleh
predikat. Hubungan antara subjek dan predikat dalam kalimat turut menentukan
isi pikiran yang dimaksud.
Berikut
contoh kata-kata yang berfungsi sebagai subjek dan predikat.
1.
Saya/sebaiknya/beristirahat/sejenak.
S P
2.
Engkau/belajar/dengan tekun.
S P
3.
Kami/telah bekerja keras/selama ini.
S P
Isi
pikiran yang terdapat dalam kalimat tercermin pada hubungan antara subjek dan
predikat. Tanpa adanya subjek, pokok pikiran dalam setiap kalimat menjadi tidak
jelas. Sebaliknya, tanpa adanya perdikat, keadaan subjek atau situasi yang
meliputi subjek tidak jelas.
Objek, Pelengkap, dan Keterangan
1.
Objek dan keterangan, dua bagian kalimat untuk melengkapi
predikat. Hubungan antara objek (O) dan predikat (P) ternyata lebih erat
daripada hubungan antara keterangan (K) dan predikat.
Contoh:
a.
Ia/membaca/buku
itu/berkali-kali.
S P O K
b.
Kami/merayakan/hari ulang tahunnya/kemarin.
S
P O K
c.
Saya/mengunjungi/orang tuanya/di desa itu.
S
P O K
2.
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi
informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat.
Ciri-ciri pelengkap:
a.
Bukan unsur utama, tetapi tanda pelengkap kalimat itu
tidak jelas dan tidak lengkap informasinya.
b.
Terletak di belakang predikat yang bukan kata kerja
transitif, misalnya:
ü Melengkapi struktur.
Negara Republik Indonesia/berdasarkan/Pancasila.
S P Pel.
ü Mengkhususkan makna objek.
Ibu/membawakan/saya/oleh-oleh.
S
P O Pel.
3.
Keterangan menyertai predikat kalimat bervariasi sesuai
dengan fungsinya untuk melengkapi predikat. Hubungan yang agak longgar antara
keterangan dan predikat memungkinkan penempatan keterangan dalam struktur
kalimat.
Jenis-jenis
keterangan:
a.
Ia berdiri/di tempat itu/sejak tadi.
K(tempat)
b.
Ujian berlangsung/selama dua jam.
K(waktu)
c.
Anak itu lulus ujian/karena rajin belajar.
K(sebab)
d.
Orang itu terlalu sibuk bekerja/sehingga
jatuh sakit.
K(akibat)
e.
Saya melempar anjing itu/dengan batu.
K(alat)
f.
Pemerintah melaksanakan pembangunan/untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
K(tujuan)
g.
Semua anggota keluarga hadir/kecuali dia.
K(pembatasan)
h.
Orang itu berjalan/cukup cepat.
K(keadaan)
i.
/Meskipun hari hujan/anak itu pergi
juga ke sekolah.
K(perlawanan)
j.
Saya bersedia datang/asal diundang.
K(syarat)
k.
Giginya putih/bagai mutiara.
K(perbandingan)
l.
Mereka/tentu/tidak dapat menemuimu.
K(modalitas)
m.
Ibu/bersama tamunya/menyaksikan
peristiwa itu.
K(sertaan)
Jenis-jenis Perluasan Kalimat
1.
Perluasan kalimat melalui hubungan waktu dengan
menggunakan kata sambung ketika, sewaktu,
selama, dan sementara.
Contoh:
Ia berhasil
mengembangkan pabriknya setelah
setelah memperoleh pinjaman modal dari bank.
2.
Perluasan kalimat melalui hubungan syarat dengan
menggunakan kata sambung jika, kalau,
jikalau, asal (kan), bila, dan
manakala.
Contoh:
Saya akan bekerja
dengan tekun bila berhasil
diterima sebagai pegawai di kantor itu.
3.
Perluasan kalimat melalui hubungan pengandaian dengan
menggunakan kata sambung seandainya
dan sekiranya.
Contoh:
Seandainya usul-usul yang diajukannya itu diterima oleh pengurus,
tentu program kerja organisasi bisa terlaksana dengan baik.
4.
Perluasan kalimat melalui hubungan tujuan dengan
menggunakan kata sambung agar dan supaya.
Contoh:
Engkau harus belajar
dengan sungguh-sungguh agardapat
mencapai indeks prestasi yang tinggi.
5.
Perluasan kalimat melalui hubungan perlawanan (konsesif)
dengan menggunakan kata sambung meskipun,
walaupun, sungguhpun, dan biarpun.
Contoh:
Meskipun hari hujan, anak itu pergi juga ke sekolah.
6.
Perluasan kalimat melalui hubungan kemiripan atau
perbandingan dengan menggunakan kata sambung seperti, laksana, dan sebagaimana.
Contoh:
Wajah gadis itu
cantik dan menawan laksanabulan
purnama.
7.
Perluasan kalimat melalui hubungan sebab dengan
menggunakan kata sambung sebab dan karena.
Contoh:
Pekerja itu tidak
dapat merampungkan pekerjaannya sebab
ia sakit.
8.
Perluasan kalimat melalui hubungan akibat dengan
menggunakan kata sambung hingga, sehingga,
dan sampai.
Contoh:
Ayah bekerja terlalu
keras sehingga jatuh sakit.
9.
Perluasan kalimat melalui hubungan kejelasan atau
penegasan dengan menggunakan kata sambung bahwa.
Contoh:
Ia baru sadar bahwa pendidikan itu sangat penting bagi
masa depan anak-anaknnya.
10.
Perluasan kalimat melalui hubungan cara atau alat dengan
menggunakan kata sambung dengan.
Contoh:
Polisi menyelidiki
peristiwa kejahatan tersebut dengan
menyamar sebagai buruh pabrik
III.
PENUTUP
Dari
pembahasan yang telah dikemukakan oleh penulis, maka dapat kami simpulkan
bahwa:
i.
Perluasan kalimat diawali dari kalimat yang mengandung
dua unsur pusat, kemudian ditambah satu unsur tambahan atau lebih.
ii.
Perluasan dari kalimat tunggal biasanya tidak melampaui
batas (S,P) atau tidak membentuk pola kalimat baru.
iii.
Unsur-unsur kalimat di antaranya: Subjek (S), Predikat
(P), Objek (O), Pelengkap (Pel.), serta Keterangan (Ket).
iv.
Adapun perluasan kalimat digolongkan ke dalam beberapa
jenis yang disesuaikan dengan pemakaian konjungsi (kata penghubung).
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Prawirasumantri,
Abud. 2008. Sintaksis Transformasional Diktat Bahan Kuliah Sintaksis Bahasa
Indonesia. Cianjur: Universitas Suryakancana.
Rasydinsjatry.blogspot.com/2013/04/pembentukan-dan-perluasan-kalimat.html?m=1.
Diakses pada hari Rabu, 11 Maret 2015 pukul 20.00 WIB.
Komentar
Posting Komentar