TATARAN MORFOLOGI
RESUME
TATARAN
MORFOLOGI
Diajukan
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Linguistik Umum
oleh
LENGGI
IRAWAN
8820112016
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
CIANJUR
2016
TATARAN
LINGUISTIK (2)
1.
MORFOLOGI
Satuan bunyi
terkecil dari aru ujaran fonem diatas satuan fonem yang fungsional
silabel.Silabel hanyalah satuan ritmis yang ditandai dengan adanya satuan
sonoritas atau puncak kenyaringan.Diatas satuan silabel itu secara kualitas ada
satuan lain yang fungsional yang disebut morfem.
a. Morfem
Morfem bukan
merupakan satuan dalam sintaksis,dan tidak semua morfem mempunyai makna secara
filosofis.
a) Identifikasi morfem
Bisa badir
secara berulang-ulang dengan bentuk lain.Morfem sebagai contoh ambil bentuk
kedua,ternyata benyuk kedua dapat banding-bandingkan dengan bentuk-bentuk
sebagai berikut.
1. Kedua
2. Ketiga
3. kelima
Semua bentuk
ke pada daftar di atas dapat disegmentasikan sebagai satuan tersendiri
dan yang mempunyai makna yang sama,menyatukan tingkat atau derajat.Dengan
demikian bentuk ke pada daftar di atas, karena merupakan bentuk terkecil
yang berulangulang dan mempunyai makna yang sama,bisa disebut sebagai sebuah morfem.
Sekarang perhatian bentuk ke :
1. kepasar
2. kekampus
3. kemesjid
Bentuk ke
pada daftar di atas dapat disegmentasikan sebaagai satuan tersendiri,dan
juga mempunyai arti yang sama menyatakan arah dan tujuan.Makna bentuk ke pada
kedua dan kepasar tidak sama,maka kedua ke itu bukanlah morfem yang
sama.Keduanya merupakan dua buah morfem yang berbeda,meskipun bentuknya sama. Jadi
kesamaan arti dan kesamaan bentuk merupakan ciri atau identitas sebuah morfem.
Sekarang perhatikan bentuk
meninggalkan,lalu bandingkan dengan bentuk-bentuk lain :
1. meninggalkan
2. ditinggal
3. tertinggal
4. peninggalan
Dari daftar
tersebut ternyata ada bentuk yang sama,bagian yang sama itu adalah bentuk tinggal
atau ninggal.Maka bentuk tinggal adalah sebuah morfem,karena
bentuknya sama dan maknanya juga sama. Untuk menentukan sebuah bentuk adalah
morfem atau bujan,kita memang harus mengetahui atau mengenal maknanya.Pehatikan
contoh berikut :
1. menelantarkan
2. telantar
3. lantaran
Meskipun
bentuk lantar terdapat berulang-ulang pada daftar tersebut, tetapi
bentuk lantar itu bukanlah sebuah morfem karena tidak ada maknanya.Lalu
bentuk menelantarkan memang punya hubungan dangan terlantar,tetapi
tidak punya hubungan dengan lantaran. Dalam studi morfologi suatu satuan
bentuk yang bersatus sebagai morfem biasanya dilambangkan dengan mengapitnya di
antara kurung kurawal.
b) Morf dan Alomorf
Morfem
adalah bentuk yang sama,yang terdapat berulang-ulang dalam satuan bentuk yang
lain.
1. Melihat
2. Merasa
3. Membawa
4. membantu
Kita lihat
ada bentu-bentuk yang mirip atau hampir sama maknanya juga sama. Bentuk-bentuk
itu adalah me pada melihat dan merasa, mem- pada membawa
dan membantu.apakah me-, mem-, itu sebuah morfem atau
bukan,sebab meskipun maknanya sama tetapi bentukanya tidak persis sama.Bentuk itu
adalah sebuah morfem, sebab, meskipun bentuknya tidak persis sama,tetapi berbedaannya
dapat dijelaskan secara fonologis.Bentuk me- berdistrbusi,antara lain,pada
bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan/1/dan/r/; bentuk mem-
berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan /b/dan juga/p/; Bentuk-bentuk
realisasi yang berlainan dari morfem yang sama itu disebut alomorf. Dengan
perkataan lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam pertuturan) dari
sebuah morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai alomorf,bisa juga dikatakan morf
adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya,alomorf
adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya.
Dalam tata
bahasa tradisional nama yang digunakan adalah awalan me-, dengan
penjelasan,awalan me- ini akan mendapat sengau sesuai dengan
lingkungannya. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dipilih almorf meng-
sebagai nama morfem itu, dengan alasan alomorf meng- paling banyak
distribusinya,dalam studi linguistik lebih umum disebut morfem meN-.
C) klasifikasi morfem
morfem-moerfem
dalam setiap bahasa dapat diklasifikasikan berdasarkan
kebebasannya,keutuhannya,maknanya,dan sebagai.berikut ini akan dibacakan secara
singkat.
1) Morfem bebas dan morfem terikat
Morfem bebas
adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam tuturan.
Misalnya, bentuk pulang, makan,rumah,dan bagus. Morfem terikat adalah morfem
yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.
semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Berkenaan dengan
morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia ada berapa hal yang perlu
dikemukakan. Yaitu,
·
Bentuk-bentuk
seperti juang, henti, gaul, danbaur juga termasuk morfem terikat, karena
bentuk-bentuk tersebut,meskipun bukan afiks,tidak dapat muncul dalam pertuturan
tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi, seperti aflikasi,
reduplikasi, dan kompesisi. Bentubentuk lazim disebut bentuk prakate gorial.
·
Bentuk-bentuk
seperti baca, tulis, dan tending juga termasuk bentuk prakategorial, sehingga
baru bisa muncul dalam pertuturan sesudah mengalami proses morfologi.
·
Bentuk-bentuk
seperti renta, kerontang, bugar juga termasuk morfem terikat. Lalu, karena
hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk tersebut disebut
juga morfem unik.
·
Bentuk-bentuk
yang termasuk preposisi dan konjungsi, seperti ke, dari, dan, kalau, dan atau
secara morfelogis termasuk morfem bebas, tetapi secara sinteksis merupakan
bentuk trikat.
·
Yang
disebut klitika mereupakan morfem yang agak sukar ditentukan setatusnya.
Klitika adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis
tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan slalu melekat pada
bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Umpamanya klitika, lah, ku.
Menurut posisinya klitika klitika biasanya dibedakan atas proklitika dan
enklitika. Proklitika adalah klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti :
Ku dan kau, kubawa dan kuambil. Enklitika klitika yang berposisi
di belakang kata yang dilekati , seperti –lah,-nya,-dan –ku dialah
duduk nya, dan nasibku.
2) Morfem
Utuh dan Terbagi
Semua morfem
dasar bebas yang dibicarakan termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi},
{kecil], {laut}, dan {pensil}. Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terbagi
dari dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya kesatuan terdapat satu.
Morfem ituh, yaitu satu morfem terbagi, yakni (ke-/-an). Dalam bahasa Arab, dan
juga Bahasa Ibrani, semua morfem akar untuk verba adalah morfem terbagi, yang terdiri
atas tiga buah konsunan yang dipisahkan oleh tiga buah vocal, yang merupakan
morfem terikat yang terbagi pula. Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk Bahasa
Indonesia , ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu;
Pertama,
semua afiks yang disebut konfiks seperti (ke-/-an),(ber-/-an),(per-/-an), dan
(per-/-an) adalah termasuk morfem terbagi. Kedua , dalam bahasa Indonesia ada
afiks yang disebut infiks yakni afiks yang disisikan ditengah morfem dasar.
Misalnya (-er-) pada kata gerigi, infiks (-er-) pada kata pelatuk. Dengan
demikian infiks tersebut telah mengubah morfem utuh (gigi) menjadi morfem terbagi
(g-/-igi-) morfem utuh (patuk) menjadi morfem terbagi(p-/-atuk), dalam bahasa
Indonesia infiks ini tidak produktif, bisa dikenakan pada kata benda apa saja.
3) Morfem
Segmental dan Suprasegmental
Morfem segmental adalah morfem yang di bentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem(lihat), (lah), (sikat), dan (ber). Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalh morfem
segmental. Sedangkan morfem suprasegmental, seperti tekanan, nada,
durasi dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia tampaknya tidak ada suprasegmental
ini. Morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun
berupa prosudi (unsure suprasegmental), melainkan berupa "kekosongan).
Morfem bermakna leksikal adalah morfem –morfem yang secara inheren memiliki
makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu proses dulu dengan morfem lain, misalnya
dalam bahasa Indonesia ,morfem-morfem seperti (kuda), (pergi), (lari), dan
(merah). Oleh karena itu dengan sendirinya sudah dapat di gunakan secara bebas
dan mempunyai kedudukan yang atonom didalam pertuturan. Morfem tak bermakna
leksikal tidak mempunyai makna apaapa pada dirinya sendiri. M orfem lain dalam
suatu proses morfologi.Yang biasa dimaksud denganmorfem tak bermakna leksikal ini
adalah morfemorfem afiks, seperti (ber-), (me-), dan (ter-).
d) Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem, dan
Akar
(Root)
Morfem
adalah dasar biasanya di gunakan sebagai dikotomi dengan mporfem afikls. Jadi,
bentuk-bentuk seperti(juang), (kucing) dan (sikat) adalah morfem dasar. Morfem
dasar ini ada yang termasuk morfem terikat, seperti(juang),(henti), dan
(abai);tetapi ada juga yang termasuk morfem bebas seperti (beli), (lari),dan
(kucing), sedangkan morfem afiks, seperti( ber-), dan (-kan ) jelas semuanya
termasuk morfem terikat.
Bentuk dasar
atau dasr(base) saja biasanya di gunakan untuk menyebut sebuah yang menjadi
dasar dalam suatu proses morfologi. Bentuk dasar ini dapat berupa morfem
tunggal, tetapi dapat juga berupa gabungan morfen. Istilah pangkal (stem) di
gunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses
pembubuhan afiks infleksi. Dalam bahasa Indonesia kata menangisi bentuk pangkalnya
adalah tangisi; dalam morfem me- adalah sebuah afiks inflektif. Mengakhiri
subbab ibi perlu di ketengahkan adanya tiga macam morfem dasar bahasa Indonesia
dilihat dari status atau potensinya dalam proses gramatika yang dapat terjadi
pada morfem dasar itu.
Pertama
adalah morfem dasar bebas, yakni morfem dasar yang secara potensial dapat
langsung menjadi kata, sehingga langsung dapat di gunakan dalam ujaran.
Kedua,
morfem dasar yang kebebasannya di persoalkan yang ternasuk ini adalah sejumlah
morfem berakar verba, yang dalam kalimat imperatif atau kalimat sisipan, tidak
perlu di beri imbuhan; dan dalam kalimat deklaratif imbuhannya dapat
ditanggalkan.
Ketiga,
morfem dasar terikat, yakni morfem dasar yang tidak mempunyai potensi untuk
menjadi kata tanpa terlebih dahulu mendapat proses morfologi.
2.
PROSES MORFEMIS
Proses
morfemis dapat dikatakan sebagai proses pembentukan kata dengan menghubungkan
morfem yang satu dengan morfem yang lain
yang merupakan bentuk dasar (Cahyono, 1995: 145). Dalam proses morfemis ini
terdapat tiga proses yaitu: afiksasi, pengulangan atau reduplikasi, dan
pemajemukan atau penggabungan (komposisi).
1. Afiksasi
Afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam
proses ini terlibat unsur-unsur:
a) Dasar atau bentuk dasar
b) Afiks
c) Makna gramatikal yang dihasilkan
Bentuk (atau
morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata disebut afiks atau imbuhan
(Alwi dkk., 2003: 31). Pengertian lain proses pembubuhan imbuhan pada suatu
satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal maupun bentuk kompleks, untuk
membentuk kata (Cahyono, 1995:145). Contoh:
a) Berbaju
b) Menemukan
c) Ditemukan
d) Jawaban.
Bila dilihat
pada contoh, berdasarkan letak morfem terikat dengan morfem bebas pembubuhan
dapat dibagi menjadi empat, yaitu pembubuhan depan (prefiks), pembubuhan tengah
(infiks), pembubuhan akhir (sufiks), dan pembubuhan terbelah (konfiks).
Sesuai
dengan sifat kata yang dibentuknya ada dua jenis afiks yaitu afiks inflektif
dan afiks derivatif. Afiks inflekif adalah afiks yang digunakan dalam
pembentukan kata-kata inflektif atau paradigma infleksional.
2. Reduplikasi
Reduplikasi
adalah pengulangan satuan gramatikal, baik seluruhnya maupun sebagian, baik
disertai variasi fonem maupun tidak (Cahyono, 1995:145).Contoh: berbulan-bulan,
satu-satu, seseorang, compang-camping, sayur-mayur. Dalam bahasa Indonesia,
gejala reduplikasi dapat dibagi kedalam lima bagian, yaitu:
a) Dwipurwa adalah pengulangan suku
pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Contoh: lelaki, tetamu, sesama, dan
pepatah.
b) Dwilingga adalah pengulangan leksem
secara utuh. Contoh: rumah-rumah, ibu-ibu dan pagi-pagi.
c) Dwilingga salin suara adalah
pengulangan leksem dengan variasi fonem. Contoh: mondar-mandir, pontang-panting
dan bolak-balik.
d) Dwiwasana adalah pengulangan bagian
belakang dari leksem. Contoh: pertama-tama, sekali-kali dan perlahan-lahan.
e) Trilingga merupakan pengulangan
onomatope dengan tiga kali variasi fonem. Contoh: cas-cis-cus dan dag-dig-dug.
Khusus mengenai reduplikasi ada
beberapa catatan yang perlu dikemukakan, yakni:
a) Bentuk dasar reduplikasi dapat
berupa morfem dasar seperti meja-meja, bentuk berimbuhan seperti
pembangunan-pembangunan, dan bisa juga bentuk gabungan kata seperti surat-surat
kabar atau surat kabar – surat kabar.
b) Bentuk reduplikasi disertai afiks
prosesnya mungkin (1) proses reduplikasi dan afiksasi bersamaan seperti
berton-ton, (2) proses reduplikasi terlebih dahulu baru disusul proses afiksasi
seperti mengingat-ingat, (3) proses afiksasi terjadi terlebih dahulu baru
proses reduplikasi seperti kesatuan-kesatuan.
c) Pada dasar yang berupa gabungan kata
proses reduplikasi bisa berupa reduplikasi penuh dan reduplikasi parsial.
d) Redupliasi dalam bahasa Indonesia
juga bersifat derivasional, seperti kita-kita, kamu-kamu, di-dia dsb.
e) Reduplikasi semantis, yaitu dua buah
kata yang maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan gramatikal seperti ilmu
pengetahuan, hancur luluh dan alim ulama.
3. Penggabungan atau Pemajemukan
(komposisi)
Komposisi
adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik
yang bebas maupun yang terikat sehingga membentuk sebuah kontruksi yang
memiliki identitas legsikal yang berbeda atau yang baru. Komposisi dartikan
juga sebagai proses pembentukan kata dari dua morfem bermakna leksikal (Oka dan
Suparno, 1994:181).Contoh:Sapu tangan, Rumah sakit, malaikatmaut dsb.
Kita dapat
mengatakan bahwa pemajemukan membentuk kata-kata dan bukan hanya frasa-frasa sintaksis yang
disebabkan oleh perbedaan di antara tekanan pola dalam kata-kata dan frasa.
Pemajemukan yang memiliki kata-kata dalam golongan yang sama sebagai frasa
mempunyai tekanan utama hanya pada kata pertama, sedangkan kata-kata perseorangan
dalam frasa mempunyai penekanan utama sendiri-sendiri. Contoh: (tekanan utama
dilambangkan dengan)
a) Kata majemuk frasa
b) bláckbird bláck bird
c) mákeup máke úp
Kata-kata
majemuk lain bisa juga untuk menekankan pola, tetapi hanya jika mereka tidak
mampu menjadi frasa. Pola ini juga hanya menekankan pada kata pertama saja
seperti kata majemuk lainnya. Perbedaan-perbedaan ini sering terjadi, tetapi
tidak selalu. Hal ini sering direfleksikan dalam penulisan umum seperti menulis
sebuah kata majemuk sebagai satu kata atau menggunakan tanda-tanda penghubung
untuk menyambung kata-katanya. Contoh:
a) eásy-góing eásy-going
b) mán-máde mán-made
c) hómemáde homemade
4. Perubahan Intern
Perubahan
intern adalah perubahan bentuk morfem yang terdapat dalam morfem itu sendiri.Di samping menambahkan imbuhan pada
sebuah morfem (afiksasi) atau mengulang seluruh atau sebagian morfem
(reduplikasi) untuk membedakan analisis proses morfologi, ada juga proses
morfologis yang disebut modifikasi internal morfem. Berikut adalah beberapa
contoh dalam bahasa Inggris:
a) Meskipun pola biasa dari bentuk
jamak ditambahkan pada morfem infleksi, beberapa kata dalam bahasa Inggris
membuat sebuah modifikasi internal,
misalnya man tetapi men, woman tetapi women, goose tetapi geese dan lain-lain.
b) Pola biasa dari past tense dan past
participle adalah ditambahkannya sebuah imbuhan, tetapi beberapa verba juga
menunjukkan perubahan internal, seperti:
·
break,
broke, broken
·
bite,
bit, bitten
·
ring,
rang, rung
·
sing,
sang, sung.
·
beberapa kelas kata hanya bisa berubah dengan
menggunakan modifikasi internal, seperti:
Ø strife, strive
Ø teeth, teethe
Ø breath, breathe
Ø life, live (V)
Ø life, live (adj).
5. Suplisi
Suplisi
adalah proses morfologis yang menyebabkan adanya bentuk sama sekali
baru.Situasi ini muncul karena ada dua kata berbeda yang ditafsirkan memiliki
arti yang sama diinterpretasikan sebagai kata yang sama. Sebagai contoh dalam
bahasa Inggris akhiran verba beraturan bentuk past tense dibentuk dengan
menambahkan /-† /, /-d /, or /-É™d /. Kebanyakan kata-kata dalam bahasa Inggris,
begitu juga kata-kata susunan baru dalam bahasa Inggris seperti scroosh atau
blat akan mempunyai format past tense ini.
a) walk /wak/ walked /wak†/
b) scroosh /skruÅ¡/ scrooshed /skruÅ¡†/
Ada juga
beberapa kelas kata umum dalam bahasa Inggris bentuk past tense yang berubah
huruf vokalnya, misalnya:
a) sing /sґŋ/ sang /sæŋ/
b) run /r^n/ ran /ræŋ/
Bahasa Arab
klasik memberikan contoh lain. Bentuk jamak yang normal untuk kata benda diakhiri
dengan /-a†/ dengan memperpanjang bunyi hurufnya. Contoh:
a) /dira:sa†/ ‘(a) study’ /dira:sa:†/ ‘studies’
b) /haraka†/ ‘movement’ /haraka:†/ ‘movements’
6. Modifikasi kosong
Modifikasi
kosong ialah proses morfologis yang tidak menimbulkan perubahan pada bentuknya
tetapi konsepnya saja yang berubah.Contoh: read- read-read
7. Konversi
konversi
sering juga disebut derivasi zero, transmutasi, dan transposisi yaitu proses
pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur
segmental. Kata free dalam kalimat the old free fell adalah sebuah nomina,
tetapi dalam the dogs will free the coon adalah bentuk verba yang persis sama
dengan bentuk nominanya.
8. Pemendekan
Pemendekan
adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga
menjadi sebuah bentuk singkat. Tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk
utuhnya. Seperti lab (untuk laboratorium), hlm (untuk halaman), hankam (untuk
pertahanan dan keamanan) dan SD (untuk Sekolah Dasar)
Proses morfemis menurut Verhaar
a) Afiksasi adalah pengimbuhan afiks
b) Prefix adalah imbuhan di sebelah
kiri bentuk dasar.Contoh: mengajar
c) Sufiks adalah imbuhan di sebelah
kanan bentuk dasar. Contoh: ajarkan
d) Infiks adalah imbuhan yang
disisipkan dalam kata dasar. Contoh: gerigi
e) Konfiks adalah imbuhan dan akhiran
pada sebuah bentuk dasar. Contoh: perceraian.
f) Fleksi adalah afiksasai yang terdiri
atas golongan kata yang sama. Contoh: mengajar – diajar
7. Derifasi adalah afiksasi yang
terdiri atas golongan kata yang tidak sama. Contoh: mengajar – pengajar
8. Interfiks yaitu suatu jenis
infiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa indonesia interfiks
terdapat pada kata-kata bentukan baru, misalnya: interfiks –n-dan –o. Contoh:
indonesia-logi → indonesianologi dan jawa-logi → jawanologi.
3.
KATA
Istilah dan
konsep morfem ini tidak dikenal oleh para tata bahasawan tradisional yang ada
dalam tata bahasa bahasa tradisional sebagai satuan lingual yang selalu
dibicarakan adalah satuan yang disebut kata.
a.
Hakikat
Kata
Para tata
bahasawan tradisional biasanya memberi pengertian terhadap kata bardasarkan
arti dan ortografi. Menurut mereka kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu
pengertian ; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua spasi, dan mempunyai
satu arti. Bahasa kata yang kita jumpai dalam berbagai buku linguistic Eropa
adalah bahwa kata merupakan bentuk yang, ke dalammempunyai susunan fonologis
yang stabil dan tidak berupa, dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di
dalam kalimat.
Batasan
tersebut menyiratan dua hal. Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem
yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, sertai tidak dapat diseliputi
atau diselang oleh fonem lain. Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah
tempat di dalam kalimat, atau tempatnya dapat di isi atau di gunakan oleh kata
lain; atau juga dapat di pisahkan dari kata lainnya.
b.
Klasifikasi
Kata
Klasifikasi
kata ini dalam sejarah linguistik selalu menjadi salah satu topic yang tidak
pernah terlewatkan. Hal ini terjadi, karena pertama setiap bahasa mempunyai
cirinya masing-masing ;dan kedua karena kreteria yang di gunakan untuk membuat
klasifikasi kata itu bisa bermacam-macam. Para tata bahasawan tradisional
menggunakan kreteria makna dan kreteria fungsi kreteria makna di gunakan untuk mengidenfikasikan
kelas verba, nomina, dan ajektifa, sdedangkan kreteria fungsi di gunakan untuk
mengindenfikasikan preposi, konjongsi, adverbial, pronomia, dan lain-lainnya. Verba
adalah kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan, nomina adalah kata yang
menyatakan benda atau yang di bendakan, konjungsi adalah kata yang berfungsi
atau berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata,atau bagian kalimat yang
satu dengan bagian yang lain.
Para tata
bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu
dalam suatu struktur atau konstruksi misalnya, nomona adalah kata yang dapat
berditribusi di belakang kata bukan ; atau dapat mengisi konstruksi bukan……
jadi adalah kata yang dapat berdistribusi di belakang kata tidak , atau dapat mengisi
konstruksi tidak …., ajektifa adalah kata yang dapat mengisi konstruksi
sangay….
Ada juga
kelompok linguis yang menggunakan krieria fungsi sintaksis sebagai patokan
untuk menentukan kelas kata. Secara umum fungsi subyek diisi oleh kelas nomina;
fungsi predikat diisi oleh verba atau ajektifa; fungsi objek oleh nomona; dan
fungsi keterangan oleh adverbial.
c.
Pembetukan
Kata
Untuk dapat
di gunakan didalam kalimat pertuturan tertentu maka setiap bentuk dasar,
terutama bahasa fleksi dan aglutunasi, harus di bentuk lebih dahulu menjadi
sebuah kata gramatika, baik melaui proses afiksasi, proses reduplikasi maupun
proses komposisi. Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu pertama membentuk
kata-kata yang bersifat inflektif, dan kedua yang bersifat derivative.
a)
Inflektif
Kata- kata
dalam bahasa-bahasa berfleksi, untuk dapat di gunakan di dalam kalimat harus
disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku
dalan bahasa itu. Alat yang di gunakan untuk menyesuaikan bentuk itu biasanya
berupa afiks, yang mungkin internal, yakni perubahan yang terjadi di dalam
bentuk dasr itu.
Perubahan
atau penyesuaian bentuk pada verba di sebut konyungsi, perubahan atau
penyesuaian pada nomina dan ajektifa di sebut deklinasi. Konyugasi pada verba
biasanya berkenaan dengan kala (tense), aspek, modus , diatesis, persona,
jumlah, jenis, dan kasus. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa berfleksi. Jadi,
tidak ada masalah konyugasi dan deklinasi dalam bahasa Indonesia. Membaca, dibaca,
terbaca, dan bacalah, bentuk-bentuk merupakan kata yang sama, yang berate juaga
mempunyai identitas leksikal yang sam. Perbedaan bentuknya adalah berkenaan
dengan modus kalimatnya . Dengan demikian prefiks me -,di-,ter-,ku-,dan kau-
adalah infleksional.
b)
Derivatif
Pembentukan
kata secara infletif, tidak membentuk kata baru, atau lain yang berbeda
identitas leksikalnya dengan bentuk dasarnya. Hal ini berbeda dengan
pembentukan kata secara derivative atau derivasional. Pembentukan kata secara
derivative membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnyatidak sama
dengan kata dasarnya. Perbedaan identitas leksikal terutama berkenaan dengan
makna sebab meskipun kelasnya sama tetapi maknanya tidak sama.
4.
Proses
Morfemis
Bertikut ini
akan di bicarakan proses-proses morfolis yang berkenan dengan afiksasi,
reduplikasi, kompesisi, dan juga sedikit tentang konversi dan modifikasi intem.
Kiranya perlu juga di bicarakan produktifitas proses-proses morfemis itu.
a.
Afiksasi
Afiksasi
adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam
proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar,(2) afiks,dan (3)
makna gramatikal yang dihasilkan. Bentuk-bentuk dasar atau dasar yang menjadi
dasar dalam proses afiksasi dapat berupa akar, yakni bentuk terkecil yang tidak
dapat disegmentasikan lagi. Dapat juga berupa bentuk kompleks, dapat juga
berupa frase.
Afiks adalah
sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah
dasar dalam proses pembentukan kata. Sesuai dengan sifat kata yang dibentuknya.
Dibedakan adanya dua jenis afiks, yaitu afiks inflektif dan afiks derivative.
Denagn afiks inflektf adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata inflektif
atau para digma infleksional. Dalam bahasa Indonesia dibedakan adanya prefiks me-
yang inflektif dan prefiks me- yang derivative.
Sebagai
afiks inflektif prefiks me- menandai bentuk kalimat indikatif aktif, sebagai
kebalikan dari prefiks di- yang menandai bentuk indikatif. Sebagai afiks
derivative, prefiks me- membentuk kata baru, yaitu kata identitas leksikalnya
tidak sama dengan bentuk dasarnya. Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk
dasar biasanya dibedakan adanya prefiks,infliks, sufiks, konfiks, intrfiks, dan
transfiks. Yang dimaksud dengan infiks adalah afiks yang diimbuhkan ditengah
bentuk dasar.
Yang
dimaksud dengan sufiks adalah yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar. Konfiks
adalah afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada
awal bentuk, dan bagian yang kedua berposisi akhir bentuk dasar.
b.
Reduplikasi
Reduplikasi
adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan,
secara sebagaian (parsial) maupun dengan perubahan bunyi. Proses reduplikasi
dapat bersifat paradigmatic (infleksional) dan dapat pula bersifat
derifasional. Reduplikasi yang paradigmatic tidak mengubah identitas leksikal.
Melainkan hanya memberi makna gramatikal. Yang bersit derivasionl membentuk
baru atau kuang identitas leksikalnya berbeda deng bentuk dasarnya.
c.
Komposisi
Komposisi
adalah hasil dan proses penghubung morfem dasar dengnmorfem dasar, baik yang
bebas maupun yang terikat , sehingga berbentuk sebuah konstruksi yang memiliki
identitas leksikal yang berbeda , atau yang baru. Misalnya, lalu lintas daya
juang, dan rumah sakit. Sutan Takdir Alisjahban (1953), yang berpendapat bahwa
kata mejemuk adalah sebuah kata memiliki makna baru yang tidak merupakan
gabungan makna unsur-unsurnya. Verhar (1978) menyatakan suatu komposisi di
sebut kata majemuk kalau hubungan kedua unsurnya tidak bersifat sintaktis.
d.
Konversi,
Modifikasi Internal,dan Suplesi
Konversi,
sering juga di sebut derivasi zero.,transmutasi, dan transpotasi, adalah proses
pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur
segmental. Modifikasi internal (sering di sebut juga penambahan interrnalatau
perubahan internal) adalah proses pembentukan kata dengan penambahan
unsure-unsur ( yang biasanya berupa vocal) kedalam morfem yang berkerangka
tetap(yang biasanya berupa konsunan). Ada jenis modifikasi internal lain yang
di sebut suplesi. Dalam proses suplesi perubahannya sangan ekstrim cirri-ciri
bentuk dasar tidak atau hampir tidak tampak lagi.
e.
Pemendekan
Pemendekan
adalah proses penanggalan bagian-bagia leksimatau gabungan leksim sehingga
menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk
utuhnya. Hasil proses pemendekan ini kita sebut kependekan. Misalnya, bentuk lab(utuhnya
Laboratorium). Dalam berbagai kepustakaan, hasil proses pemendekan ini biasanya
di bedakan atas penggalan, singkatan, dan akronim. Penggalan adalah kependekan
berupa pengekatan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang di pendekan.
5.
MORFOFONEMIK
Morfofonemik,
di sebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, tau peristiwa
perubahannya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik
afiksasi,reduplikasi, maupun komposisi. Perubahan fonem dalam proses
morfofonemik ini dapat berwujud: (1) pemunculan fonem, (2) pelepasan fonem, (3)
peluluhan fonem, (4) perubahan fonem, dan (5) pergeseran fonem. Pemunculan fonem
dapat kita lihat dalam proses penghimbuhan prefiks medengan bentuk dasar baca
yang menjadi membaca; dimana terlihat muncul konsonan sengau /m/. Pelesapan
fonem dapat kita lihat dalam proses penghimbuhan akhiran wan pada kata sejarah
di mana /h/ padakata sejarah itu menjadi hilang, peluluhan fonem dapat kita
lihat dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- pada kata sikat di mana fonem
/s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/dari
prefiks tersebut. Pergeseran perubahan fonem adalah pindahnya sebuah fonem dari
silabel yang satu ke silabel yang lain, biasanya ke silabel berikutnya.
Lanjutan makalah
BalasHapus