Taufiq Ismail Sang Maestro Sastra Indonesia
TAUFIQ ISMAIL, SANG MAESTRO SASTRA
INDONESIA
Oleh
Lenggi
Irawan
1. Pendahuluan
Akan
datang hari mulut di kunci
Kata tak
ada lagi
Akan tiba
masa tak ada suara
Dari mulut
kita
Berkata tangan
kita
Tentang
apa yang dilakukannya
Berkata
kaki kita
Kemana
saja dia melangkahnya.....
Masih
ingatkah anda dengan Lirik lagu tersebut ?
Ya,
Ketika Tangan dan Kaki berkata, lagu yang dibawakan oleh salah satu musisi legenda
musik indonesia Chrisye. Lirik lagu tersebut adalah hasil karya salah satu
pujangga indonesia, yaitu Taufiq Ismail yang terinspirasi dari surat yasin ayat
65. (Ruslan Burhani, 2013)
2.
Isi
Taufiq
Ismail adalah salah satu pujangga indonesia yang lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, 25 Juni
1935. Pendiri majalah Horison tahun 1966 ini sangat berobsesi untuk
mengantarkan sastra ke sekolah – sekolah menengah dan perguruan tinggi.
(miftahul ajri, 2009:11)
Taufiq sudah bercita – cita jadi
sastrawan sejak masih SMA di Pekalongan, Jawa Tengah. Kala itu dia sudah
menulis sajak yang dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Dia memang
dibesarkan di keluarga yang gemar membaca. Setelah lulus SMA, Taufiq
melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonsesia, Bogor
(1963), sekarang IPB.
Taufiq
ismail pertama kali mempublikasijkan karyanya ketika kelas 2 SMA, melalui
majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Setelah menjadi sarjana dan bekerja, ia
menyunting seorang mahasiswi yang aktif sebagai aktivis di organisasi IAIN
Syarif Hidayatullah.
Kecintaannya
dan kepeduliannya terhadap sastra sangatlah besar, hingga ia pernah melakukan
survei ke SMU di 13 negara dari tahun 1942-1994. Itu semua demi kecintaannya
dan kepeduliannya terhadap sastra di indonesia. Dilihat dari hasil survei atas
wawancara dengan tamatan SMU di 13 negara tersebut membuktikan bahwa negara
indonesia terpencil dalam sastra. Daftar jumlah buku sastra yang wajib dibaca
selama SMU yang tercantum dalam
kurikulum berkisar antara 5-32 judul, sedangkan di indonesia hanya 0 judul.
Selama
bergelut dalam dunia sastra, Taufiq Ismail banyak mendapat anugrah dan
penghargaan sastra baik dari pemerintah, universitas maupun dari luar negeri,
diantaranya :
1. Anugrah
Seni dari Pemerintah RI (1970)
2. Cultural
Visit Award dari Pemerintah Australia (1977)
3. South
East Asia Write Award ( SEA Write Award) dari kerajaan Thailand (1994)
4. Penulisan
Karya Sastra Terbaik Terbaik dari Pusat Bahasa Departement Pendidikan dan
Kebudayaan (1994)
5. Sastrawan
Nusantara dari Negeri Johor, Malaysia (1999)
6. Doctor
Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogyakarta
Banyak
juga hasil karya dari Taufiq Ismail, baik karya beliau sendiri maupun
terjemahannya. diantaranya:
Hasil
karya:
1. Tirani,
Birpen KAMI Pusat (1966)
2. Benteng,
Litera ( 1966)
3. Buku
Tamu Musium Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta (buklet baca puisi) (1972)
4. Sajak
Ladang Jagung, Pustaka Jaya (1974)
5. Kenalkan,
Saya Hewan (sajak anak-anak), Aries Lima (1976)
6. Puisi-puisi
Langit, Yayasan Ananda (buklet baca puisi) (1990)
7. Tirani
dan Benteng, Yayasan Ananda (cetak ulang gabungan) (1993)
8. Prahara
Budaya (bersama D.S. Moeljanto), Mizan (1995)
9. Ketika
Kata Ketika Warna (editor bersama Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabbar, Amri
Yahya, dan Agus Dermawan, antologi puisi 50 penyair dan repoduksi lukisan 50
pelukis, dua bahasa, memperingati ulangtahun ke-50 RI), Yayasan Ananda (1995)
10. Seulawah
—
Antologi Sastra Aceh (editor bersama L.K. Ara dan Hasyim K.S.), Yayasan
Nusantara bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Khusus Istimewa Aceh (1995)
11. Malu
(Aku) Jadi Orang
Indonesia, Yayasan Ananda (1998)
12. Dari
Fansuri ke Handayani (editor bersama Hamid Jabbar, Herry Dim, Agus R. Sarjono,
Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar,
antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2001), Horison-Kakilangit-Ford Foundation
(2001)
13. Horison
Sastra Indonesia, empat jilid meliputi Kitab Puisi (1), Kitab Cerita Pendek
(2), Kitab Nukilan Novel (3), dan Kitab Drama (4) (editor bersama Hamid Jabbar,
Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Herry Dim, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari,
dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2000-2001,
Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2002).
Terjemahan:
1. Banjour
Tristesse (terjemahan novel karya Francoise Sagan, 1960)
2. Cerita
tentang Atom (terjemahan karya Mau Freeman, 1962)
3. Membangun
Kembali Pikiran Agama dalam Islam (dari buku The Reconstruction of Religious
Thought in Islam, M. Iqbal (bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad), Tintamas
(1964). (Mifltahul Ajri, 2009:11)
Dan
salah satu puisi terjemahan Taufik Ismail yang pernah menjadi kontroversi dan
polemik di antara para sastrawan adalah puisi Kerendahan hati yang
diterjemahkan dari puisi Be The Best Of Whatever You Are karya Douglas Malloch.
(giewahyudi,2011:4)
DAFTAR PUSTAKA
Miftahul
ajri (2009:11)
Miftahulajri.wordpress.com/2009/11/23/biografi_taufiq_ismail/
Ruslan
Burhani (2013)
m.antaranews.com/berita/303662/taufiq-ismail-pernah-tolak-amplop-dari-chrisye
giewahyudi.com/puisi-taufiq-ismail-ini-plagiat/
Komentar
Posting Komentar